Google Plus adalah Konten, Facebook adalah Kenarsisan
http://3.bp.blogspot.com |
Banyak yang menyangka Google Plus itu tidak berbeda dengan Facebook. Atau ada juga yang menuduh Google Plus hasil jiplakan dari Facebook. Anggapan ini adalah anggapan dari orang yang belum masuk sepenuhnya di Google Plus. Mereka yang melihat dari luar, tanpa menyelam lebih dalam ke Google Plus. Mungkin sebagian besar mereka adalah penimat Facebook tanpa henti, yang memperoleh keuntungan bertemu teman lama, mengeksploitasi kenarsisan secara berlebihan dan banyak lainnya. Mungkin mereka yang sudah tidak bisa hidup tanpa Facebook sehingga mereka akan merasa sepi, kecewa dan hampa jika tidak bertemu satu hari dengan Facebook.
Google Plus sungguh berbeda dengan Facebook. Bila anda pengguna setia Facebook tentu tahu benar bagaimana anda berinteraksi di sana. Terus terang, dulunya saya juga pengguna Facebook. Saya melihat, mengamati dan pernah juga melakukan kenarsisan yang berlebihan di sana. Hal ini karena Facebook memungkinkan dan mendorong anda melakukan hal tersebut. Teman-teman lama anda di SMP, SMA dan Universitas ingin melihat apakah anda berhasil atau tidak dalam pekerjaan. Berapa kali dalam setahun ke luar negeri. Berapa anggota keluarga anda dan betapa cantiknya istri/pacar atau selingkuhan anda.
Sebagian besar pengguna Facebook sebagaimana sebuah survei melaporkan kegiatannya adalah mengupload foto. Ini berarti akan sangat banyak foto di Facebook dan umumnya foto-foto tersebut adalah foto pribadi atau personal, bukan foto yang diambil secara profesional atau berasal dari para fotografer profesional. Kalaupun ada yang berasal dari fotografer profesional saya bisa memperkirakan jumlahnya akan sangat sedikit dibandingkan dengan foto yang menunjukkan kenarsisan.
Sering saya mendengar cerita seseorang yang bertemu jodoh karena Facebook. Bertemu mantan pacar di Facebook sehingga akhirnya Cinta Lama Bersemi Kembali yang kemudian malah merusak hubungan perkawinan yang ada.
Update status pun sebagian besar adalah menyangkut hal-hal yang bersifat pribadi. Jarang sekali, selama saya di Facebook menerima konten yang bermutu di wall. Hal ini karena selain jumlah karakter terbatas, juga tidak memungkinkan bagi sebagian besar pengguna Facebook untuk melakukan hal itu. Sebabnya tidak lain Facebook adalah untuk teman-teman anda yang anda kenal sewaktu bersekolah dan kuliah sehingga kemudian anda membuat grup tertentu dan mengadakan reuni. Anda senang melakukan hal ini karena akan membuat teman-teman anda tahu siap anda sekarang dan tidak mungkin meremehkan anda.
Berbeda dengan Google Plus yang menekankan pada fitur konten. Konten yang bagus adalah senjata utama Google Plus. Bisa saya pastikan sangat sedikit selama lebih dari tiga bulan saya menerima stream yang menunjukkan kenarsisan. Hampir semua stream yang saya peroleh adalah konten yang sangat bagus. Pandangan para ahli di berbagai bidang, foto dari kumpulan fotografer ternama, tokoh seperti Dalai Lama dan tentunya para Googlers yang tiada sungkan-sungkan untuk memberikan informasi penting di sekitar kemajuan teknologi.
Saya kira inilah beda yang sangat nyata antara Google Plus dengan Facebook. Bagi mereka yang ingin berteman dengan teman masa lalu, memang akan lebih tepat di Facebook. Bagi anda yang ingin mengubah cakrawala pertemanan tanpa harus khawatir dengan privasi anda sebaiknya di Google Plus. Bagi anda yang ingin memperoleh konten yang sangat bagus, bukan foto narsis teman anda yang sedang berlibur di luar negeri, ada baiknya menggunakan Google Plus.
Hal ini bukan berarti anda tidak bisa narsis di Google Plus. Narsis adalah sifat alami manusia, namun narsis yang berlebihan akan menyengsarakan orang lain karena wall-nya akan dipenuhi oleh kenarsisan Anda. Di Google Plus pengguna belajar menghormati privasi orang lain. Anda bisa mengarahkan foto yang anda upload kepada orang-orang tertentu saja yang ada di foto yang anda upload. Nantinya foto ini tidak akan muncul di stream teman anda yang lain yang tidak ada kaitannya dengan foto tersebut sehingga wall mereka tidak dipenuhi oleh kenarsisan yang tidak mereka kehendaki.
Pengguna pun dapat memilih dari siapa saja notifikasi akan muncul. Di Facebook sesuai dengan fitur baru, anda akan sangat sibuk dengan banyaknya notifikasi yang harus anda lihat di Ticker. Sampai-sampai orang yang tidak anda kenal pun ada notifikasinya di sana. Di Google Plus notifikasi bisa anda arahkan dan dipersempit ke Circles yang anda hendaki jadi anda tidak perlu membaca notifikasi yang tidak ada hubungannya dengan anda.
Dengan konten berkualitas yang berlimpah, pengguna Google Plus memang akan terfokus perhatiannya kepada konten. Hal ini membuat pengguna menjadi lebih pintar dan memperoleh sumber artikel untuk dikembangkan lebih banyak. Sumber-sumber yang semuanya gratis tersebut membuat pengguna Google Plus lebih cerdas tanpa keluar biaya.
Ulasan yang menarik, Mas Erick. Saya sendiri udah mulai bosan dan jengah dengan kenarsisan pengguna facebook. Walaupun memang itu hak mereka. Ditambah kekhawatiran privacy kita dilanggar oleh Facebook.Rasanya facebook tidak lagi nyaman buat saya. Hehehe.
ReplyDeleteselain itu G+ juga banyak game menariknya. Konten2 bagus dari blogger juga sangat banyak disini.
ReplyDeleteMbak Nawraizza, memang narsis hark mereka, namun pada batas tertentu harusnya tidak melanggar privasi orang lain, sayangnya sistem Facebook tdk memungkinkan hal ini, karena konsep pertemanan yang memang dirancang tidak linear. Soal privasi ini lebih kepada apakah seoarng pengguna socila media pintar atau tidak. Banyak kasus dan bukan hal yang baru bahwa Facebook dicurigai menjual informasi profil kepada pihak ketiga. Hal ini walaupun terus dibantah, namun akahirnya suatu waktu akan terbukti.
ReplyDeleteMakasih telah berkungjung mbak ..
salam
Mas Dinneno (or mbak?) benar sekali, soal konten Google Plus tidak diragukan. Kemaren saya menonton betapa hebatnya Google Plus menyajikan secara langsung hangout Desmon Tutu dengan Dalai Lama, sebuah sejarah tentunya. Mana ada hal demikian di Facebook walaupun Dalai Lama ada juga di Facebook, namun konten yang disajikan jauh berbeda ..
ReplyDeleteYup, benar Mas Erik. Namun sayangnya umumnya pengguna Facebook adalah orang yang tidak atau belum sadar akan pentingnya keamanan privasi. Apalagi sepertinya pengguna Facebook terbanyak adalah anak-anak dan remaja yang masih minim pengetahuannya ttg sosial media dan bahayanya bila terjadi pelanggaran privasi.
ReplyDeleteBtw, sy mau nanya Mas, apa bisa akun Fb dinonaktifkan secara permanen? Yg sy tau (krn pernah coba) penonaktifan itu sifatnya temporer, dan kapanpun bs diaktifkan kembali dengan memasukkan password.
Hehehe, maaf banyak ngomong ya saya...
Makasih Mas Erick.