Selamat Tinggal BlackBerry, BlackBerry Tinggalkan BlackBerry
Beberapa tahun terakhir bukanlah saat-saat yang menyenangkan bagi BlackBerry. Vendor yang menginisiasi kelahiran smartphone ini berjuang untuk mengembalikan nama mereka di pasar smartphone. Namun itu bukan sesuatu yang mudah. BlackBerry pernah memimpin pasar smartphone dunia, namun kelahiran iOS tahun 2007 dengan iPhone dan diikuti kemudian oleh Android membuat mereka kehilangan arah dan berkutat dengan OS yang sudah ketinggalan.
Pada akhirnya BlackBerry harus menyesuaikan diri dengan pasar yang cepat sekali berubah. Pergantian CEO mereka lakukan, kemudian pemutusan hubungan kerja dan terakhir meninggalkan OS buatan mereka sendiri, yaitu BlackBerry OS.
Kabar ditinggalkannya OS BlackBerry oleh BlackBerry dikonfirmasi oleh CEO BlackBerry John Chen di ajang Consumer Electronic Show 2016 di Las Vegas kepada CNet. Chen mengatakan bahwa di tahun 2016 ini tidak akan ada smartphone BlackBerry baru berbasis OS BlackBerry. Rencananya, BlackBerry akan merilis setidaknya dua smartphone baru, namun keduanya berbasis Android Google. Chen menegaskan hal tersebut bukan berarti sama sekali meninggalkan OS BlackBerry untuk selamanya. OS BlackBerry tetap akan dikembangkan untuk berbagai tujuan seperti untuk penggunaan di pemerintah.
Namun hal tersebut secara tegas juga menandakan bahwa mass market yang selama ini digarap oleh BlackBerry dengan OS BlackBerry tidak lagi akan diisi oleh OS BlackBerry, tetapi BlackBerry berbasis Android Google, setidaknya untuk tahun 2016.
Bisa dikatakan langkah yang dilakukan oleh BlackBerry tersebut menandakan Senjakala OS BlackBerry. Sistem operasi BlackBerry ini meskipun memiliki pengguna kecil yang loyal, tidak memberikan harapan lagi kepada BlackBerry dari segi pemasukan penjualan handset. Di kuartal yang lalu, BlackBerry hanya mampu menjual sekitar 800 ribu handset berbasis BlackBerry dengan pengusaan pasar kurang dari 1%. Untuk sebuah vendor yang dulunya raja smartphone, prestasi ini sungguh sangat mengecewakan.
Sangat mengecewakan karena bahkan vendor kemarin sore asal China yang berbasis Android bisa menjual lebih banyak smartphone dibandingkan BlackBerry. Juga, penjualan yang sekitar 800 ribu tersebut membuat BlackBerry terus merugi sebab seperti yang dikatakan sendiri oleh John kepada The Verge, BlackBerry perlu menjual setidaknya 5 juta unit handset agar bisa menikmati keuntungan. Tentu saja angka 800 ribu tersebut sangat jauh dari angka 5 juta unit dan kemungkinan akan terus turun karena pengguna yang makin tidak tertarik kepada OS BlackBerry yang ekosistemnya jauh tertinggal dibandingkan iOS dan Android.
BlackBerry bukan tidak berusahan agar OS BlackBerry menjadi pilihan pengguna dan developer. BlackBerry telah memberikan pasar aplikasi Amazon di OS BlackBerry dan juga melakukan porting aplikasi yang ada di Google Play untuk bisa dijalankan di OS BlackBerry. Namun hasilnya bisa dikatakan gagal. Pengguna sepertinya tidak peduli dengan langkah tersebut. Pengguna menginginkan hal yang tidak setengah-setengah. Artinya, kalau BlackBerry serius menginginkan mereka menggunakan BlackBerry, BlackBerry harus berpindah haluan ke Android, bukan melakukan porting apps atau pasar aplikasi Amazon yang kurang menarik dibandingkan Google Play.
Setelah menahan keinginan pengguna beberapa lama, akhirnya BlackBerry harus menghadapi kenyataan bahwa mereka tidak bisa lagi mempertahankan OS BlackBerry sebagai satu-satunya OS untuk smartphone mereka. Akhir 2015 yang lalu, BlackBerry merilis BlackBerry Priv yang berbasis Android dengan harga yang premium. BlackBerry Priv disambut mixed oleh beberapa reviewer, namun sebagian besar mereka mengapresiasi langkah BlackBerry merilis handset berbasis Android Google tersebut.
BlackBerry Priv bisa dikatakan sebagai pertaruhan terakhir BlackBerry di pasar smartphone. Awal dirilis di AS hanya untuk pengguna AT&T dan memperoleh sambutan yang lumayan baik. Mulai bulan Januari 2016, BlackBerry Priv akan tersedia di 31 negara baru dan juga carrier besar AS lainnya seperti Verizon.
Memang sedikit disayangkan mengapa BlackBerry pada awal peluncurannya di AS hanya bersama satu carrier. Hal ini diakui oleh John Chen bahwa mereka tidak memiliki cukup "kemewahan" untuk bisa merilis BlackBerry Priv untuk semua carrier dan banyak negara. Saya memperkirakan bahwa kendala keuangan dan kekhawatiran terhadap penerimaan konsumen atas BlackBerry Priv membuat BlackBerry sangat hati-hati untuk memproduksi Priv dalam jumlah yang besar.
Nyatanya, BlackBerry Priv bisa dikatakan cukup sukses dan hal ini diakui sendiri oleh John Chen meskipun tidak menyebut seberapa banyak BlackBerry Priv yang laku sejauh ini. Hal positif ini makin membulatkan tekad John Chen untuk fokus ke Android dan meninggalkan OS BlackBerry, minimal untuk setahun ke depan.
Dalam pandangan saya, fokus BlackBerry ke Android di tahun 2016 bisa dilihat sebagai masa percobaan. Dengan rencana dua smartphone baru berbasis Android di tahun 2016, BlackBerry ingin memastikan bahwa mereka memilih jalur yang benar dengan bergantung ke Android dibandingkan ke OS mereka sendiri. Jika kedua smartphone baru tersebut cukup sukses di pasar, BlackBerry di tahun 2017 akan memastikan kematian BlackBerry OS untuk selamanya. Jika kurang sukses atau gagal, mungkin BlackBerry kembali bergantung kepada OS BlackBerry yang memiliki pengguna kecil yang loyal atau sama sekali keluar dari pasar.
Saya memperkirakan bahwa BlackBerry berbasis Android yang akan dirilis oleh BlackBerry di tahun 2016 memiliki peluang lebih besar untuk populer dibandingkan dengan BlackBerry Priv sehingga BlackBerry di tahun 2017 bisa melupakan OS mereka sendiri. Salah satu faktor pendorong adalah harga yang akan lebih murah dan bugs yang akan lebih sedikit karena BlackBerry sudah mulai belajar dengan ekosistem Android.
Faktor pendorong lain adalah skala produksi yang akan lebih besar mengingat BlackBerry sudah bisa memetakan pengguna yang akan melakukan pembelian berdasarkan sejarah pembelian BlackBerry Priv. Mungkin nanti BlackBerry berbasis Android lainnya akan dirilis secara global atau setidaknya untuk semua carrier di AS dan Eropa dan beberapa negara penting di Asia seperti China dan Jepang.
Faktor pendorong ketiga adalah isu keamanan yang tampaknya akan semakin menjadi perhatian serius pengguna. Meskipun Android adalah sistem operasi yang sangat aman, namun bila dikombinasikan dengan tingkat keamanan yang dimilik oleh BlackBerry akan menjadi semakin solid sehingga pengguna mungkin akan terdorong untuk lebih memilih BlackBerry berbasis Android dibandingkan dengan merek smartphone lainnya. Ini juga akan membawa kembali fans BlackBerry yang telah berpindah ke Android atau iOS.
Dengan tiga faktor tersebut, saya memperkirakan kematian OS BlackBerry sudah semakin dekat. Meskipun BlackBerry tetap berkomitmen ke OS BlackBerry, nantinya OS ini hanya akan ditujukan untuk pasar kecil yang loyal seperti agen pemerintah, sementara untuk mass market BlackBerry lebih memilih Android. Seiring perjalan waktu, pasar kecil ini akan didorong untuk menggunakan BlackBerry berbasis Android dengan tingkat keamanan yang dijanjikan sama dengan yang di OS BlackBerry.
Saya rasa dengan target penjualan handset sebesar 5 juta unit tidak akan terlalu sulit untuk BlackBerry mencapainya dengan memasarkan BlackBerry berbasis Android. Syaratnya tentu saja harga yang murah dan fitur kunci yang menonjol, selain keamanan dan privasi. Saya tetap berharap BlackBerry tetap ada di pasar mengingat mereka merupakan pemain penting sehingga jika mereka keluar dari pasar, kompetisi menjadi kurang menarik.
By the way, BlackBerry tentu saja lebih memilih Android daripada Windows sebagai OS pilihan mereka. Tanya kenapa ( Let's guess).
Comments
Post a Comment