Prediksi 2016: Android Tetap Keren, Windows Tetap Mati Gaya
Android telah menjadi pilihan lebih dari satu miliar pengguna smartphone di dunia. Platform milik Google ini diuntungkan oleh banyaknya vendor yang memilih untuk merilis smartphone mereka di platform Android untuk bisa bersaing di pasar smartphone. Hal lain adalah tidak adanya platform yang lebih terbuka dan diberikan secara cuma-cuma. Hal ini mendorong sekian banyak vendor untuk berlomba-lomba membuat ponsel mereka sendiri.
Dengan banyaknya produsen di platform Android tidak mengherankan dalam waktu singkat Android menguasai pasar smartphone, lalu tablet. Android yang terus diperbaiki dan dikembangkan oleh Google untuk beberapa tahun ke depan akan tetap jadi pilihan nomor satu vendor smartphone. Dengan demikian, posisi Android sebagai penguasa pasar OS smartphone tidak akan terancam untuk beberapa tahun ke depan.
Khususnya di tahun 2016 ini saya memprediksikan akan makin banyak vendor yang akan terjun ke pasar smartphone dan menggunakan Android sebagai platform pilihan mereka. Dengan demikian, Microsoft yang berupaya untuk menarik vendor agar memakai platform Windows akan menemui jalan yang sama sulitnya dengan tahun lalu.
Seperti yang banyak dikemukakan oleh pengamat ada banyak keengganan vendor sekaligus pengguna untuk menggunakan Windows sehingga membuat Windows ini mati gaya alias tidak tahu lagi harus bagaimana.
Pertama adalah Windows datang belakangan meskipun sebenarnya dulu sudah ada windows mobile. Ini artinya keseriusan Microsoft di mobile terlambat dibandingkan Apple dan Google. Oleh karena terlambat, pengguna dan developer telah terlebih dahulu senang dengan iOS dan Android sehingga untuk berpindah butuh tekad yang sangat kuat. Tekad sangat kuat ini juga seharusnya disertai oleh kualitas Windows yang semestinya setara dengan iOS dan Android yang sayangnya berada di bawah kedua OS tersebut. Hal ini menjadi alasan kedua, yaitu meskipun digembar-gemborkan mudah dipakai, ringan dan mulus layaknya iOS, Windows tetap tidak menjadi pilihan pengguna dan developer karena mereka berkualitas rendah dari sisi aplikasi.
Seperti dikatakan oleh Joe Belfiore pada tahun 2013 yang lalu bahwa:
... we would all look back on 2013 as the “ending of the app-gap for Windows Phone”
Joe Belfiore percaya diri tahun 2013 adalah akhir dari penyakit Windows, yaitu app-gap. Penyakit ini adalah semacam lingkaran setan yang tak berujung karena melibatkan pengguna sekaligus developer aplikasi. Sayangnya apa yang dikemukakan oleh Joe Belfiore tersebut tidak menemui kenyataan. Di tahun 2015, dua tahun setelah apa yang dikatakan oleh Joe Belfiore app-gap masih penyakit Windows yang tidak kunjung sembuh.
Bukti masih adanya penyakit app- gap ini adalah beberapa aplikasi seperti Starbucks, HBO GO, Official F1, Nike+, Virgin Atlantic, Pebble, Periscope, Barclaycard, Odeon Cinemas, Tinder, Grindr, Snapchat tidak hadir di Windows. Selain itu, aplikasi yang telah ada di Windows kualitasnya jauh di bawah aplikasi serupa yang ada di Android dan iOS. Bahkan ada aplikasi yang sama sekali tidak pernah diupdate oleh developernya karena biaya untuk mengupdate ternyata lebih besar dibandingkan hasil yang didapat karena sedikitnya pengguna Windows.
Beberapa hari yang lalu di Google Plus seorang pengguna membagi pengalamannya ketika menggunakan Windows. Ia pasti kecewa karena tidak ada bagusnya Windows tersebut.
Ini adalah bukti lain, betapa lemahnya ekosistem Windows sehingga menjadi tidak menarik baik bagi pengguna maupun developer.
Namun bukan berarti Microsoft tidak berusaha menutupi apps gap tersebut. Tahun lalu, Windows berencan melakukan porting aplikasi yang ada di iOS dan Android ke Windows. Namun kabar terakhir menunjukkan usaha tersebut, terutama dari Android ke Windows tampaknya telah gagal.
Alasan lain adalah terlalu banyaknya Lumia atau Microsoft sangat dominan di Windows sehingga vendor lain menjadi tidak tertarik. Ini akan bekerja seandainya Microsoft adalah Apple yang merevolusi pasar smartphone di tahun 2007 dan platform mereka tertutup untuk perusahaan lain. Microsoft dengan Windows terbuka untuk perusahaan lain, sayangnya keterlibatan perusahaan lain sangat minim. Bisa dikatakan 97% smartphone Windows yang beredar di pasar adalah dari Nokia/Lumia (kini Microsoft).
Alasan berikutnya adalah tidak adanya atau minimnya insentif bagi vendor yang ingin merilis Windows smartphone. Bila vendor memandang Windows terlalu berbelit dan tidak menguntungkan, tentu saja mereka akan lebih fokus di Android.
Dengan berbagai alasan tersebut, Windows di tahun 2016 akan tetap mati gaya. Penguasaan pasar mereka (terakhir sekitar 1,7%) tidak akan banyak berubah di tahun 2016 ini. Android akan kembali jadi raja tanpa banyak usaha dari Google plus kemungkinan makin banyaknya Blackberry berbasis Android di tahun 2016 ini. Untuk perusahaan sebesar Microsoft penguasaan pasar 1,7% tersebut adalah isyarat agar Microsoft menyerah di pasar OS smartphone. Usaha mereka akan sia-sia dan lebih baik fokus menghasilkan aplikasi yang berkualitas dan kebijakan paten yang lebih bersahabat agar makin banyak vendor Android yang membayar royalti.
Saya cenderung untuk memberikan saran menyerah kepada Microsoft. Investasi mereka sudah sangat banyak terbuang di Windows dengan hasil yang sangat minim (ingat akuisisi Nokia sebesar 7 miliar dollar yang di-write off). Namun jika tidak mau menyerah, mungkin Microsoft sudah cukup senang bisa menjadikan Windows sebagai OS Mati Gaya.
:)
Comments
Post a Comment