Google Glass Dihadang Isu Privasi

Google Glass
Isu privasi mulai dihubungkan-hubungkan dengan wearable computer milik Google yang belum lagi dirilis, yaitu Google Glass. Sebuah bar di Seattle mengatakan mereka menolak setiap orang yang memakai Google Glass di bar mereka. Mereka takut privasi pengunjung bar tersebut akan terekpos tanpa sepengetahun mereka di media sosial, melalui foto dan video.

Hal ini mungkin bukanlah sesuatu yang diharapkan oleh Google. Mengingat gadget ini akan dirilis ke publik di awal tahun 2014, tentu saja Google harap-harap cemas, bila isu privasi ini menjadi besar dan membuat banyak calon konsumen mereka membatalkan pemesanan Google Glass.

Tentunya patut kita pertanyakan, apakah Google Glass benar-benar akan mengacaukan privasi semua orang yang dilihatnya?

Isu privasi merupakan isu besar dalm dunia internet dan gadget. Facebook sampai hari ini masih diberondong isu privasi yang tidak sedap terkait dengan data pengguna mereka yang dijadikan bahan bargaining bagi para pengiklan. Tentu saja dengan mengaitkan Google Glass ke isu privasi sebuah usaha yang tepat, tidak hanya untuk Google sendiri, tetapi juga bagi pengguna dan orang lain yang dilihat oleh pengguna Google Glass.

Bila kita lihat lebih jauh, aturan privasi memang selalu tertinggal dibandingkan dengan kemajuan dunia internet dan gadget. Tidak hanya di Indonesia, Amerika Serikat sekalipun belum benar-benar menyediakan undang-undang tentang perlindungan privasi pengguna yang secara khusus ditujukan untuk itu. Namun bedanya di Amerika Serikat mereka cukup peduli dengan privasi sehingga isu-isu privasi tersebar sangat luas dan menjadi bahan perdebatan yang setidaknya akan mengundang pemerintah untuk mengambil langkah-langkah perbaikan. Bahkan individu atau kelompok di AS dapat mengajukan gugatan publik terkait dengan privasi mereka yang dilanggar. Hal ini pernah dialami oleh Facebook.

Kembali ke masalah Google Glass. Sergey Brin sebagai leader proyek ini pernah mengatakan bahwa Google Glass secara otomatis akan mengambil foto per sepuluh menit. Meskipun kemudian perwakilan Google mengatakan bahwa seri pertama Google Glass tidak dilengkapi dengan kemampuan auto photo, namun tentu saja banyak orang akan terganggu privasi mereka manakala melihat seseorang yang memakai Google Glass di hadapannya. Tentu saja akan timbul pertanyaan, apakah pengguna sedang berbicara kepadanya sambil mengambil foto atau video lalu mempostingnya di media sosial. Apakah pengguna Google Glass tersebut bisa melihat lebih jauh bagian dalam pakaiannya atau banyak pertanyaan lainnya.

Google mengatakan bahwa Google Glass dioperasikan dengan perintah suara. Misalnya bila anda ingin mengambil foto, pertama katakana OK Glass. Google Glass akan menyala. Lalu ketika akan mengambil foto, katakan Take a picture. Google Glass akan mengambil foto. 

Dari sisi teknologi, tentu saja Google Glass tidak bisa diperbandingkan dengan smartphone atau tablet paling canggih saat ini. Smartphone contohnya bukanlah produk lompatan, tetapi produk evolusi dari kemampuan ponsel biasa. Perpindahan cara pemakaian pun tidak terjadi, meskipun anda menggunakan headset, karena dari dulunya ponsel dipakai dengan cara tertentu yang sudah lazim. Jadi secanggih apapun smartphone, canggihnya belumlah bisa menyamai Google Glass.

Google Glass adalah produk revolusioner, sebuah produk lompatan yang akan mengubah cara penggunaan gadget yang lazim selama ini. Berbeda dengan smartphone yang anda masukkan ke saku, Google Glass berada di bagian kepala jadi bisa digunakan tanpa harus mengeluarkannya terlebih dahulu dari tempat tertentu. Cara pengoperasiannya juga sangat berbeda. Bila smartphone dan tablet harus anda arahkan sendiri untuk dapat mengambil foto dan video, Google Glass sudah otomatis mengarah ke suatu objek yang bisa anda ambil foto dan videonya.

Hal tersebut tentu saja berimplikasi bagi objek yang diambil oleh Google Glass. Saya percaya kekhawatiran sebagin orang terhadap privasi mereka yang bisa saja dilanggar oleh Google Glass sesuatu yang normal. Namun pada batas tertentu, semuanya kembali kepada pengguna. Pengguna yang baik akan memakai Google Glass untuk tujuan-tujuan spesifik yang jauh dari masalah privasi. Namun berharap seperti ini tentu saja sangat naif. Kebanyakan saat ini adalah pengguna sering menggunakan gadget mereka untuk mengambil hal-hal aneh di sekitar mereka.

Barangkali, isu pelanggaran privasi ini akan membawa Google untuk menyempurnakan Google Glass ini. Secara kemajuan teknologi, Google Glass adalah sebuah gadget yang patut dipuji, baik secara konsep maupun di dalam praktik. Gadget ini akan makin memudahkan aliran informasi dan membuat penggunanya lebih efisien. Google Glass juga akan menghilangkan berbagai kegiatan seperti keharus penggunaan tangan untuk mengambil foto dan video. Namun sekali lagi harus ada kontrol tertentu agar Google Glass ini bisa diterima publik dengan baik. Segi privasi orang lain selain pengguna Google Glass seharusnya jadi perhatian agar gadget ini bisa diterima publik.

Terakhir, kembali kepada bagaimana orang memaknai kemajuan teknologi yang kini mengarah ke wearable computers. Tidak hanya Google Glass, beberapa waktu ke depan akan muncul iWatch, jam pintar buatan Apple Inc. Selain itu ada driverless car buatan Google dan terakhir sepatu yang bisa berbicara buatan Google. Saya percaya, seiring berlalunya waktu, wearable computers ini akan menjadi sesuatu yang lazim sehingga masalah privasi bukan sesuatu yang penting lagi untuk dipikirkan.

Comments

Popular posts from this blog

Kisah Tukang Sapu yang Kehilangan Sapunya

Di Jalan Surabaya, Berburu CD Bekas Premium

Perang Twitter Versus Instagram