Ada yang Bunuh Diri di Kompasiana
http://2.bp.blogspot.com |
Kompasiana, mengapa makhluk ini demikian lekat dengan si A, si B, si C dan banyak orang lain yang tidak henti-hentinya berada di kompasiana. Apakah kompasiana itu semacam narkoba yang bikin candu? Apakah kompasiana itu sejenis pil koplo yang bisa membuat pemakainya melayang bebas tanpa beban? Si A, si B dan si C tak punya jawaban, yang mereka tahu hanya selalu berada bersama kompasiana untuk menunjukkan cinta mereka kepada kompasiana, tiada hentinya.
Banyak pengguna kompasiana yang tergila-gila dengan kompasiana. Ada yang mengatakan walau baru seminggu mengenal kompasiana, namun tidak mau lagi berpisah dengan kompasiana walau sedetik saja. Mereka ibarat dua sejoli yang sedang jatuh cinta. Tidak mau dipisahkan padahal dari sisi kompasiana sendiri tidak demikian. Jika diibaratkan pengguna kompasiana dengan kompasiana adalah hubungan cinta, ternyata hubungan cinta tersebut lebih banyak dalam posisi bertepuk sebelah tangan (meminjam kata peribahasa). Kompasiana adalah sejenis pembagi cinta, mata keranjang karena tidak hanya punya pacar seribu, tapi lebih dari tujuh puluh ribu. Namun walau demikian setiap hari makin banyak orang yang jatuh cinta kepada kompasiana, rela berkorban untuknya. Berpikir tengah malam, pagi buta, di sela kerja dan lainnya hanya untuk membuktikan cintanya kepada kompasiana.
Sungguh pernah terpikir oleh saya untuk bunuh diri di kompasiana. Saya katakan ini, serius. Saya ingin bunuh diri di kompasiana karena tidak dapat cinta sejati dari kompasiana. Saya memberikan cinta saya, sepenuh hati hanya kepada kompasiana, tetapi kompasiana mengkhianati saya. Ia bermain cinta dengan orang lain, tidak satu tetapi tujuh puluh ribu lebih. Suatu waktu karena tidak juga bisa bunuh diri, saya tunggu kompasiana dengan badik terhunus di tangan. Ia biasanya lewat, pagi-pagi sekali ketika saya mulai bertemu teman saya bernama, internet. Saya klik tanda new tab di sisi teman saya yang bernama internet tersebut, saya ketikkan kom, hanya tiga huruf, kompasiana muncul dengan dandanan rapi seperti biasa. Ia yang bermata jeli, meliuk-liuk ingin dibuka bajunya, celananya dan kutangnya. Saya pukul enter, kompasiana muncul lengkap dengan dandanan semula.
Walau sudah sepuluh jam berdandan seperti itu, kompasiana masih saja menarik bagi saya mungkin juga bagi anda. Padahal kompasiana tidak mandi-mandi dari sore kemaren, tidak pakai gincu dan minyak wangi. Mungkin saja ketek kompasiana sudah berbau nauzubillah. Saya menyumpah-nyumpah, saya sudah terpedaya. Niat membunuh kompasiana jadi tiada malah saya yang dibuatnya bertekuk lutut mengakui keluguan saya.
Saya sakit hati, niat bunuh diri, niat membunuh kompasiana tak bisa saya lakukan. Kompasiana sudah merusak hidup saya. Membuat saya renggang dengan orang-orang yang saya cinta, membuat sangat banyak musuh baru, baik musuh dalam selimut maupun musuh dalam kehidupan nyata. Kompasiana curang tidak membalas cinta saya dan tujuh puluh ribu lebih cinta orang lain. Kompasiana walaupun bermata jeli seksi, berbibir merah merona dengan dada penuh layaknya Jupe, ternyata pembagi cinta yang lihai. Ia tidak pernah berterus terang sedang pacaran dengan siapa ketika ditanya. Ia selalu mengaku masih single, tanpa pendamping setia. Kalau ada yang mengaku pacarnya, kompasiana berkata, “Jangan percaya gosip“. Ia hanya akan senyam-senyum sehingga membuat banyak pemujanya makin berhasrat kepadanya.
Kompasiana curang, ia telah berlaku hanya untuk kepuasannya sendiri saja. Ia biarkan saya dan banyak pacarnya yang lain untuk gontok-gontokan, beradu otak beradu nalar sementara ia duduk di singgasana dengan takzimnya. Ia hanya memikirkan dirinya saja, bagaimana supervisornya yang setia, si Alexa bisa menaikkan ratingnya.
Jadinya, nantilah saya bunuh diri di pohon toge saja.
Twitter: inside_erick
Comments
Post a Comment