Internet dan Fenomena The Long Tail

The Long Tail

Dunia Kita Adalah Dunia Yang Dibangun Berdasarkan Popularitas
Kalimat di atas sangat saya nikmati beberapa waktu terakhir ini. Bila Anda membaca The Long Tail dari Chris Anderson pastilah kalimat tersebut anda kenali. Chris Anderson mantan editor di majalah bertiras 600.000, Wired, memiliki pemikiran yang tidak biasa yang bisa anda serap untuk mencermati fenomena majunya dunia web dan media sosial saat ini. Dunia dalam The Long Tail adalah dunia dengan pilihan tidak terbatas bisa menciptakan permintaan yang juga tidak terbatas.

Bila anda belajar ilmu ekonomi, tentu sangat paham dengan kurva permintaan yang turun dari kiri atas ke kanan bawah. Bila pada ujung kurva di kiri atas merupakan permintaan terhadap barang-barang atau jasa-jasa yang menjadi Best Seller seperti buku Harry Potter, makin ke kanan bawah atau menuju ke ekor ada buku-buku yang tidak terkenal, ada buku-buku self publishing yang hanya laku satu sampai sepuluh atau bahkan kurang, namun tidak mungkin nol. Buku-buku yang tidak laku tersebut atau apa pun lah bentuk produknya akan membentuk ekor yang panjang sekali. Permintaan terhadap buku-buku yang ada di ekor tersebut akan selalu ada karena keberagaman dalam selera dan faktor lain seperti letak geografis, dan lainnya. Hal ini akan terus ada bahkan ketika buku atau produk tersebut tidak diproduksi lagi secara fisik. Produk-produk tersebut akan membentuk Niche Market yang kecil-kecil namun sangat berarti.

Dalam melihat fenomena dunia media sosial saat sekarang ini fenomena The Long Tail juga tidak terelakkan. Bila di ujung kurva kita bisa melihat Facebook dengan pengguna lebih dari 1,2 miliar orang merupakan media sosial yang populer sehingga membentuk dunia media sosial saat ini. Makin ke bawah dari kurva ada Twitter, ada Linkedn, ada MySpace, ada Google Plus, dan Flickr dan mungkin jutaan media sosial kecil lainnya yang tetap memiliki pengguna, dan tak mungkin tidak ada penggunanya. Bahkan media sosial amatir sekalipun yang dibuat beberapa hari yang lalu tetap ada penggunanya. Posisi media sosial yang ada di ekor kurva permintaan besar yang kontinuum ini memang seperti tidak berarti, tetapi sesungguhnyalah mereka memiliki peran dalam membangun dunia media sosial.

Kesemua dunia media sosial ini dibangun dalam sebuah dunia lebih dulu populer, yaitu web atau internet yang terus mencari bentuk-bentuk populer baru untuk digunakan manusia di planet bumi. Bila dulu kita mengenal populernya email, kemudian chatting IRC, lalu kedigyaan mesin pencari Google, kini dunia web disemarakkan oleh populernya media sosial. Setiap orang bahkan kini bisa mendirikan media sosial sendiri jika mereka punya cukup alasan dan membidik niche market yang baru. Nantinya apakah media sosial tersebut bisa sukses atau tidak tergantung apakah niche market yang dikelolanya memiliki cukup banyak konsumen di sana. Selain itu apakah media sosial tersebut bisa merangsek naik ke arah kiri kurva dengan menimalisasi tirani lokalitas yang mereka ciptakan sendiri.

Tentunya kita bertanya mengapa terjadinya fenomena The Long Tail di media sosial ini. Coba kita kembali kepada kehidupan nyata yang kita hadapi sehari-hari. Coba kita hitung seberapa banyak sebenarnya film yang masuk Box Office? Pasti lebih kecil dari jumlah film secara keseluruhan. Seberapa banyak lagu-lagu yang menjadi Hits? Pasti lebih sedkit dibandingkan lagu yang diproduksi secara keseluruhan. Film Box Office dan lagu-lagu hits akan berada di ujung kurva karena populer dan membentuk permintaan film dan musik. Namun tentunya tidak semua film yang masuk Box Office, tidak semua lagu yang menjadi hits. Bahkan jika kita hitung yang masuk Box Office dan menjadi hits itu hanya sebagian kecil saja dari jumlah keseluruhan.

Nah di mana film-film lain dan lagu-lagu lain yang tidak masuk Box Office dan tidak Hits tersebut berada? Apakah mereka juga berada di ujung kiri atas kurva? Tentunya tidak. Makin tidak populer sebuah film atau lagu posisinya akan makin ke kanan dari kurva permintaan. Yang tidak begitu populer akan berada di tengah kurva, demikian seterusnya jika makin tak populer. Namun permintaan terhadap film dan lagu tersebut tetap ada. Hal ini karena ada daya pencipta permintaan baru terhadap film dan lagu tersebut, yaitu internet. Kita bisa melihat kasus ini pada situs e-commerce terbesar seperti Amazon atau iTunes milik Apple. Walau kini populer Katty Perry, Justin Bieber dan Lady Gaga, namun permintaan terhadap Pink Floyd, Eagles, Chicago terus ada, bahkan dari generasi yang tidak mengenal sama sekali siapa itu Pink Floyd, Eagles, dan Chicago.

Media sosialpun tidak terlepas dari fenomena ini. Walau Facebook berada di ujung kiri atas kurva permintaan bahkan mungkin untuk beberapa tahun ke depan, permintaan terhadap media sosial lain tidaklah berkurang. Kita bisa melihat Friendster yang didaulat sebagai pelopor media sosial, yang katanya sudah tidak populer tetap ada yang menggunakan. Kini Friendster membidik niche market baru, yaitu para penyuka game. Dengan pasar kecil baru ini, Friendster masih berdiri dan tetap diminati walau peminatnya jauh berkurang dari sebelum munculnya Facebook. Demikian juga dengan MySpace, Orkut, Mixi di Jepang dan sangat banyak lainnya. Fenomena The Long Tail ini juga yang mendorong makin banyaknya media sosial baru. Siapa saja bisa mendirikan media sosial untuk bisa masuk dalam kurva permintaan kontinuum besar media sosial.

Sekali lagi untuk masuk ke kurva permintaan kontinuum media sosial ini sangatlah mudah karena didorong oleh biaya produksi yang hampir-hampir nol atau sangat rendah. Namun untuk bertahan di dalamnya merupakan perkara lain. Banyak yang populer di media sosial, namun banyak juga yang hanya menjadi sampah. Nah, tinggal pilih hendak menjadi yang mana.

Bacaan: The Long Tail, Chris Anderson

Comments

Popular posts from this blog

Kisah Tukang Sapu yang Kehilangan Sapunya

Bisnis Jual-Beli Organ Tubuh Manusia

Di Jalan Surabaya, Berburu CD Bekas Premium