Perangi Korupsi Melalui Media Sosial
sumber: 1.bp.blogspot.com |
Korupsi jelas merupakan sebuah kejahatan yang sangat merugikan. Bila kita tengok, kerugian yang ditimbulkan oleh korupsi tidak hanya hilangnya uang negara, tetapi juga dalam jangka panjang bisa meruntuhkan kepercayaan masyarakat kepada negara.
Nur Kholis dalam artikelnya mengemukakan dampak korupsi seperti berikut ini:
Korupsi berakibat sangat berbahaya begi kehidupan manusia, baik aspek kehidupan sosial, politik, birokrasi, ekonomi, dan individu. Bahaya korupsi bagi kehidupan diibaratkan bahwa korupsi adalah seperti kanker dalam darah, sehingga si empunya badan harus selalu melakukan “cuci darah” terus menerus jika ia menginginkan dapat hidup terus.
Oleh karena itulah perlunya perang terhadap korupsi. Perang terhadap korupsi ini harus terus dilakukan di mana saja, termasuk di internet melalui media sosial. Perang terhadap korupsi di media sosial dapat dilakukan dengan melakukan kampenya antikorupsi. Kampanye tersebut bisa berupa ajakan dan himbuan untuk menjauhi korupsi dan bisa juga memaparkan fakta-fakta tentang korupsi serta merangkum kegiatan antikorupsi di seluruh daerah di Indonesia.
Salah satu negara yang cukup kuat dalam melakukan kampanye antikorupsi di media sosial adalah India. Sebuah organisasi antikorupsi di India dengan nama indiaagainstcorruption.org menggunakan media sosial untuk melancarkan kampanye anti korupsi mereka. Organisasi ini tahu betul kemampuan media sosial dalam mengumpulkan banyak orang dalam seketika dan menyebarkan ide serta gerakan mereka. Mereka memanfaatkan Facebook dengan membuat page India Against Corruption. Di Twitter gerakan ini membuat akun di @janlokpal dan memiliki follower sebanyak 224.315 follower. Akun @janlokpal sendiri dipimpin oleh Anne Hazare, seorang ativis anti korupsi India.
Pertanyaannya, mengapa aktivis anti korupsi di India menggunakan media sosial sebagai sarana mengkampanyekan gerakan anti korupsi? Tidak lain karena media sosial bisa memfasilitasi mereka yang ingin mengungkapkan kekecewaan mereka terhadap kebijakan pemerintah karena media sosial mampu menciptakan rasa percaya atau membangun trust. Hal ini dibuktikan dengan alasan sebagai berikut.
1. Social media menghilangkan batasan
Terdapat banyak batasan bagi orang-orang yang satu visi untuk saling bertemu face to face, mungkin jarak, mungkin waktu dan mungkin juga kondisi ekonomi. Hal-hal ini dihilangkan secara signifikan oleh social media. Teman Facebook anda yang berada di Amerika dapat mengomentari langsung status yang anda buat. Follower anda yang ada di sudut kota Tripoli, Libya dapat langsung me-retweet kicauan yang anda buat. Makin lama anda berinteraksi dengan teman dan follower anda, dengan memberikan informasi yang selalu bermanfaat, teman dan follower anda akan memberikan kepercayaannya kepada anda.
2. Mendorong Interaksi
Social media mendorong interaksi. Setelah mereka bertemu di social media kemudian mereka merencanakan pertemuan, berdemonstrasi dan berbagai kegiatan lainnya. Pertemuan di social media juga sangat mudah, banyak orang bergabung di social media seperti Facebook dan Twitter karena teman-teman mereka sebelumnya sudah bergabung. Demikian juga, jika seorang teman mengikuti sesuatu di Facebook contohnya, teman yang lain akan ikut serta. Hal ini mendorong interaksi pengguna social media menjadi beragam dan kuat.
3. Membangun Hubungan
Hubungan dengan berbagai kalangan tidak terjadi dengan mudah. Namun dengan social media seperti Facebook dan Twitter anda bisa berhubungan dengan siapa saja termasuk dengan Barack Obama. Walapun hubungan tersebut lebih kepada hubungan virtual, namun pada kondisi tertentu hubungan-hubungan tersebut terjadi di dunia nyata bila anda bersedia bertemu teman virtual anda di dunia nyata.
Alasan di atas mendorong organisasi anti korupsi di India tersebut untuk bergerak di social media. Mereka percaya nanti setelah ikut social media mereka akan memiliki hubungan dengan banyak orang, bisa mengajak mereka kepada gerakan anti korupsi dan sebagainya.
Kasus di Indonesia
Bila di India sepertinya gerakan memerangi praktik korupsi mendapat berkah dengan adanya media sosial, bagaimana dengan gerakan anti korupsi di Indonesia?
Sepanjang pengamatan ketika dicari di Twitter dan Facebook, tidak ditemukan sebuah akun atau page yang bisa diandalkan untuk melakukan kampanye antikorupsi di Indonesia. Di Twitter tidak ditemukan akun yang bisa dikategorikan sebuah gerakan untuk memerangi korupsi di Indonesia yang berdiri secara independen dan bukan buatan pemerintah atau suatu organisasi NGO. Melihat sangat tingginya tingkat korupsi aparatur negara di Indonesia, ketiadaan satu gerakan yang kuat dan independen dalam memerangi korupsi yang aktif di media sosial menyebarkan ide dan gerakan mereka merupakan sesuatu yang sangat disayangkan.
Bila kita teliti lebih jauh, sebenarnya kesempatan gerakan memerangi korupsi untuk menjadi berpengaruh dan diperhitungkan di social media di Indonesia sangat besar. Hal ini karena Indonesia merupakan negara keempat terbanyak dalam jumlah pengguna Facebook dan negara kelima terbanyak dalam pengguna Twitter. Trending topic Twitter sering sekali berasal dari Indonesia. Namun kenyataannya hampir tidak ada satu gerakan yang kuat dan mampu memanfaatkan social media dengan baik untuk melancarkan gerakan anti korupsi di Indonesia.
Bila kita lihat lebih mendalam kepada perilaku mereka yang menggunakan media sosial terutama Facebook dan Twitter harus kita akui di Indonesia gerakan seperti yang terjadi di India tersebut masih sebatas wacana dan sulit terealisasi. Banyak gerakan di Facebook yang menyatakan ketidaksetujuan kebijakan atau penentangan terhadap pemerintah, namun sekali lagi itu hanya sebatas wacana tanpa gerakan nyata yang berarti. Ketika akan bergerak, bahkan masih dalam batas wacana sudah banyak perbedaan yang menjurus kepada soal-soal pribadi sehingga sulit sekali untuk bergerak ke tahap selanjutnya.
Oleh karena tentu perlu sebuah tindakan massal dari mereka yang peduli dengan gerakan antikorupsi untuk membentuk sebuah kampanye terorganisasi di media sosial. Saya kira jika diorganisasi dengan baik, gerakan antikorupsi melalui media sosial ini memiliki prospek yang cerah.
Oleh karena tentu perlu sebuah tindakan massal dari mereka yang peduli dengan gerakan antikorupsi untuk membentuk sebuah kampanye terorganisasi di media sosial. Saya kira jika diorganisasi dengan baik, gerakan antikorupsi melalui media sosial ini memiliki prospek yang cerah.
Kita tahu sekali memerangi korupsi dan perilaku korup aparatur negara bukanlah pekerjaan mudah. Oleh karena itu diperlukan juga sebuah gerakan yang mampu memerangi yang juga tidak mudah dibubarkan. Social media melalui Facebook, Twitter, dan YouTube bisa menciptakan gerakan tersebut. Tentu saja perilaku pengguna social media di Indonesia setidaknya sedikit harus berubah dari hanya mencari kesenangan atau iseng atau hanya main game poker kepada sesuatu yang nyata, bersatu di dalam gerakan anti korupsi. Baru kemudian social media bisa memberikan manfaatnya terhadap gerakan antikorupsi di Indonesia.
Comments
Post a Comment