Nyinyir Sebuah Kemustian di Media Sosial
sumber: twicsy.com |
Pernahkah anda menghitung berapa
banyaknya update status yang anda lakukan selama menggunakan Facebook? Jika
anda pengguna Twitter, anda dapat melihat sekian banyak tweet yang anda
lakukan, tidak peduli sedang di toilet, di mall atau di tempat tidur. Jika anda
lihat sekian banyak tweet yang sudah anda lakukan, mungkin anda tidak percaya
bahwa anda seorang yang nyinyir.
Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia, nyinyir didefinisikan sebagai mengulang-ulang perintah atau
permintaan, nyenyeh, cerewet. Dari definisi tersebut anda bisa melihat seberapa
banyak update status yang diulang-ulang. Seberapa banyak foto profil sudah anda
ganti dan seberapa banyak komentar yang sudah anda lakukan. Demikian pula bila
anda menggunakan layanan foursquare, sudah berapa kali anda mengatakan bahwa
anda menjadi mayor di suatu mall, suatu daerah tertentu dan lainnya.
Bila anda menggunakan Twitter
akan terlihat betapa nyinyirnya anda, entah anda sadari atau tidak. Ini bukti
bahwa nyinyir itu suatu bagian dari interaksi di media sosial yang mungkin
sangat penting.
Anda tentu paham, akun
seperti TrioMacan2000 memperoleh popularitas tidak lebih karena kenyinyirannya
di Twitter. Berkat nyinyir tentang sesuatu yang ia ketahui, TrioMacan2000
memperoleh sekian banyak pengikut dan mungkin juga pekerjaan yang kemudian
bermuara kepada perolehan pendapatan.
Media sosial telah banyak
memengaruhi perilaku manusia. Media sosial mengubah perilaku seseorang yang
pada awalnya tertutup, namun kemudian setelah menggunakan media sosial menjadi
pribadi yang terbuka, suka berinteraksi dan terlibat dengan permasalahan orang
lain. Bagi mereka yang sudah terbuka sebelumnya, media sosial menjadikan
pribadi semacam ini menjadi pribadi yang makin cerewet, makin nyinyir dengan
apa yang diketahuinya dan makin terlibat dengan segala sesuatu masalah yang
melibatkan orang lain.
Kita bisa percaya atau tidak.
Media sosial seperti Twitter, Facebook, dan Foursquare menjanjikan keterkenalan
dalam waktu relatif cepat. Bila anda cukup nyinyir anda akan mudah mencapai
tujuan tertentu. Bila di kota anda, anda hanya penduduk biasa, namun berkat
foursquare anda bisa menjadi walikota di daerah tertentu. Makin nyinyir anda
membagi apa saja, akan makin banyak orang yang kenal dengan anda, meski tidak
sepenuhnya tahu siapa anda sebenarnya. Ini artinya kenyinyiran anda cukup
menentukan seberapa sukses anda di media sosial.
Nyinyir di media sosial itu tidak
sepenuhnya diketahui banyak orang karena ada gejala eufemisme. Kul-Tweet atau
Live Tweet merupakan kenyinyiran versi baru yang dibalut dengan istilah keren
atau populer. Bila anda cukup punya pengetahuan terhadap sesuatu anda bisa
melakukan Kul-Tweet. Kul-Tweet tersebut kemudian dijadikan satu cerita melalui
chirpstory. Setelah melihat sekian banyak peminat, di waktu lain anda akan
melakukan Kul-Tweet yang lain. Setelah itu karena merasa senang karena apa yang
anda tweet memperoleh sambutan, anda akan keranjingan melakukan Kul-Tweet,
tidak peduli apakah orang lain suka atau tidak.
Demikian juga dengan Live Tweet.
Ketika anda menghadiri suatu kegiatan tertentu, baik karena dorongan adanya
hadiah dari Live Tweet maupun tidak, anda akan melaporkan kegiatan tersebut
secara langsung. Kegiatan ini berulang-ulang sehingga karena media sosial
seperti Twitter memungkinkan hal tersebut terjadi, tidak peduli apakah orang
suka atau tidak. Tanpa anda sadari, anda pun menjadi orang yang nyinyir.
Media sosial lain seperti
Facebook tidak ada bedanya. Anda bisa melihat sekian banyak status yang anda
lakukan. Sekian banyak foto narsis yang anda upload. Sekian banyak perjalanan
wisata yang anda kabarkan, mobil baru yang anda banggakan atau rumah baru yang
anda miliki.
Dengan demikian, media sosial
tidak lebih sebagai sebuah layanan untuk kenyinyiran. Percaya atau tidak,
berkat media sosial, makin banyak orang nyinyir. Makin banyak orang yang
cerewet.
Hal yang perlu dilihat adalah
tidak batasan tertentu atau aturan yang membatasi kenyinyiran pengguna media
sosial. Hal ini karena media sosial adalah segala sesuatu tentang penggunanya.
Apa yang ada di pikiran pengguna, apakah ia mendebat suatu kelompok tertentu,
apakah ia membenci kesuksesan orang lain dengan melakukan update status atau
tweet, apakah ia kurang senang dengan pengguna media sosial lain, dipersilahkan
untuk dimunculkan. Bahkan pada kondisi ekstrim, pengguna media sosial bisa
menuduh pihak tertentu melakukan korupsi atau semacamnya tanpa harus takut
dikenai sanksi.
Kesimpulannya, siapa saja yang
terlibat di media sosial adalah nyinyir sadar atau tidak. Kenyinyiran merupakan
hal yang biasa terjadi di media sosial dan tidak perlu dituduhkan kepada pihak
lain dan merasa paling tidak nyinyir dibandingkan
pengguna media sosial lainnya.
setuju sekali kang erick. disadari atau tidak, selama ini kita telah nyinyir. maka seharusnya kita pun harus menghormati kenyinyiran orang lain :D
ReplyDeletebener jadi di media sosial pada dasarnya semua nyinyir, jadi tidak perlu menagku tidak nyinyir ...
ReplyDelete