Mengapa Menyinyiri Twitter Sesuatu yang Penting
Nyinyir ajah kerjaannya |
Pengguna layanan di zaman digital adalah pengguna yang cerewet atau nyinyir. Kebanyakan layanan digital tersebut, sebutlah Twitter, WhastApp, Facebook, Google dan banyak lainnya free of charge alias gratisan (dalam bentuk tidak membayarkan uang sepersen pun). Namun demikian, meskipun gratis masih banyak pengguna yang cerewet terhadap layanan tersebut. Istilahnya sudah dikasih gratis kok malah dinyinyiri, dikritik padahal tiap hari menggunakannya. Kalau nggak suka tinggalkan saja!
Let me tell you ...
Layanan yang mengatakan diri mereka gratis tersebut pada dasarnya tidaklah gratis. Di zaman digital, selain uang yang Anda bayarkan untuk transaksi sehari-hari, berlaku juga data dan privasi sebagai uang di zaman digital. Artinya, layanan yang gratis tersebut Anda bayar dengan data dan privasi Anda. Lebih jauh lagi, dengan menggunakan layanan gratis tersebut Anda setuju interaksi Anda di layanan tersebut dicatat dan dikumpulkan lalu dijadikan mata dagangan baru untuk pengiklan yang akan menghidupi layanan gratis tersebut dan bahkan membuat pembuatnya kaya raya.
So, Anda memang tidak membayar apa-apa (kecuali harga berlangganan internet tentunya), namun secara tidak kasat mata, Anda selalu membayar setiap jengkal interaksi yang Anda lakukan di Twitter, Facebook, Google dan lainnya dengan data Anda. Data di sini tentu sangat banyak, mulai dari data diri,, tempat tinggal, umur, hobi, perangkat yang Anda pakai, lokasi yang Anda kunjungi, foto yang Anda upload dan masih banyak lagi.
Data tersebut akan membuat kaya pemilik layanan, menghidupi sekian banyak karyawan layanan tersebut karena pengiklan menginginkannya agar iklan mereka tepat sasaran. Pengiklan akan membayar layanan tersebut untuk data Anda. Anda tentu tahu Mark Zuckerberg. Apakah pernah Mark meminta Anda membayar untuk layanan Facebook? Tetapi mengapa Mark Zuckerberg bisa kaya raya, sementara Anda malah tetap saja tak berubah nasibnya? (eh :)
Di sisi privasi, Anda mengijinkan Twitter, Facebook dan lainnya layanan gratis itu untuk membagi data Anda ke pihak lain atau pihak ketiga seperti pengiklan. Anda setuju bahwa privasi Anda akan terganggu dengan adanya iklan, Anda setuju orang lain melihat Anda dan apa yang Anda perbincangkan secara publik, dan banyak lainnya.
Hal tersebut di atas memang tidak perlu mengeluarkan keringat atau merogoh dompet untuk membayarnya, cukup dengan mengklik AGREE saat Anda membuka akun di layanan gratisan tersebut.
Nah, ternyata layanan gratisan tersebut tidak gratis bukan?
Oleh karena tidak gratis setiap pengguna perlu mengkritisi apa saja yang dilakukan pemilik layanan. Apa saja tweak yang mereka lakukan agar interaksi makin bagus. Misalnya menghilangkan @ username yang baru hari ini berlaku di Twitter agar tidak lagi termasuk bagian yang dihitung di 140 karakter.
Kritik tersebut perlu dan bahkan Twitter memintanya (sebenarnya) agar mereka bisa memberikan layanan yang lebih baik lagi. Mereka kadang memberikan apreasiasi karena pada dasarnya tidak ada layanan yang sempurna, semua layanan gratis ada saja kacaunya.
Berikutnya, kritik terhadap layanan gratisan tersebut bukanlah sesuatu bentuk kebencian atau nyinyir. Mengapa? Karena yang dikritik ada dasarnya, ada solusi yang ditawarkan dan pada dasarnya kritik tersebut bertujuan untuk menjaga agar layanan tersebut tidak sewenang-wenang karena sudah memperoleh data pengguna sekian banyaknya.
Anda bisa membaca kritik pedas BuzzFeed terhadap Twitter dalam sebuah artikel panjang terkait populernya hate speech, bullying, trolling dan berbagai penyalahgunaan layanan yang dibiarkan Twitter selama hampir 10 tahun. Jika tidak ada kritik seperti itu dan tekanan banyak pengguna agar Twitter mengatasi penyalahgunaan layanannya, apakah Twitter (misalnya) akan se-proaktif sekarang terhadap hate speech? Wong setelah dikritik habis-habisan masih tenang-tenang saja.
Ini artinya, layanan gratis yang diberikan tidak otomatis mematikan hak pengguna untuk melakukan kritikan bahkan nyinyiran. Semestinyalah layanan merasa beruntung (dan juga pengguna lainnya) karena ada pengguna yang aktif mengkritik agar layanan gratisan tersebut tidak asal-asalan karena sudah merasa memberikan layanan gratis.
Lalu kalau nyinyir melulu tapi terus memakainya gimana nih?
Bagi saya nyinyir atau kritikan berulang terhadap layanan tertentu bukan berarti orang yang melakukannya sekalian keluar saja dari layanan tersebut. Pada banyak situasi, justru tidak ada layanan yang sepadan sebagai pengganti sehingga keluar dari layanan bukan solusi yang diinginkan.
Kedua pengguna memiliki pilihan dan tidak harus dipaksa keluar dari suatu layanan hanya karena ia sering mengkritik atau menyinyiri layanan tersebut. Ariel Waldman yang menjadi korban kelalaian Twitter terhadap penyalahgunaan layanan mereka dan secara keras mengkritik Twitter tetap saja menggunakan Twitter. Ini tandanya bahwa mereka yang mengalami dan menggunakan layanan gratis tersebut akan lebih mampu memberikan kritikan yang berimbang serta mungkin solusi yang diperlukan. Jika tidak menggunakan tentu saja repot.
Nah, sudah dulu yah. Jangan serius gitu, ayo ngopi ...
Comments
Post a Comment