Kasihan, Tidak Ada yang Mau Membeli Twitter
Tanggal 27 Oktober semakin dekat. Ada apa dengan tanggal 27 Oktober?
I tell you ....
Twitter sudah lama dirumorkan dijual. Ini tidak terlepas dari stagnasi yang dialami Twitter, di mana jumlah pengguna bulanan tidak kunjung menggembirakan. Selain itu, pengiklan mulai tidak tertarik karena pengguna yang tidak kunjung bertambah tersebut.
Twitter menargetkan bahwa tanggal 27 Oktober akan jadi hari penentuan bagi mereka tentang kepada siapa kepemilikan Twitter akan berpindah. Banyak dirumorkan bahwa Google berada di pole untuk mengakuisisi Twitter. Selain itu ada Salesforce yang baru saja dikalahkan Microsoft dalam perebutan LinkdeIn. Disney juga termasuk salah satu kandidat karena CEO Twitter ada di board of director Disney.
Apple Inc., Microsoft dan Facebook juga dikabarkan tertarik dengan Twitter dan mencari-cari cara dan informasi lebih lanjut terkait Twitter.
Namun beberapa hari kemudian, kandidat yang dikabarkan tertarik tersebut mulai mundur satu per satu yang dimulai oleh Google. Google mengatakan bahwa meskipun mereka telah bekerja sama dengan financial advisor, namun tidak akan memberikan penawaran kepada Twitter sebagaimana dilaporkan oleh Recode. Keputusan Google ini membuat harga saham Twitter yang sempat naik hingga lebih dari 20 dollar AS melorot dan kembali ke harga awal sebelum rumor penjualannya di sekitar 16-18 dollar AS.
Setelah itu Salesforce mengatakan bahwa meskipun mereka tertarik untuk mengakuisisi Twitter, namun bukan berarti mereka akan mengajukan penawaran. Salesforce menambahkan bahwa mereka banyak terlibat dalam melihat kemungkinan membeli perusahaan lain, namun lebih sering melewatkannya atau melakukan PHP (pemberian harapan palsu) termasuk terhadap Twitter.
Setelah Google dan Salesforce tidak melakukan penawaran, Facebook juga dikabarkan tidak tertarik kepada Twitter. Ini sesuatu yang masuk akal karena Facebook sudah punya segalanya, ada WhatsApp, Instagram dan Messenger. Membeli Twitter hanya akan menambah pekerjaan baru yang tidak perlu.
Akan tetapi banyak orang menunggu apakah Disney akan memutuskan membeli Twitter. Saya kurang paham, untuk apa Disney membeli Twitter karena mereka perusahaan film. Namun hal tersebut tentu alasan yang tidak realistis karena sebuah perusahaan global seperti Disney memerlukan banyak data, di mana sekarang eranya data driven economy dan Twitter menyediakan hal tersebut dengan harga yang cukup murah, sekitar 15 hingga 18 miliar dollar AS saja.
Harapan Twitter dipinang oleh Disney tersebut akhirnya menemui kegagalan setelah Bloomberg melaporkan bahwa Disney tidak akan mengakuisisi Twitter. Pertanyaannya mengapa Disney tidak jadi membeli Twitter?
Bloomberg menyatakan:
Walt Disney Co. decided not to pursue a bid for Twitter Inc. partly out of concern that bullying and other uncivil forms of communication on the social media site might soil the company’s wholesome family image, according to people familiar with management’s thinking.
The producer of family fare like “Finding Dory” had gone so far as to hire two investment banks, JPMorgan Chase & Co. and Guggenheim Partners LLC, to help evaluate a bid for Twitter. Disney management also listened to a presentation about the business from Twitter executives, according to the people, who asked not to be identified because the discussions were private.
CNet memperjelas alasan Disney tersebut:
The Walt Disney Company opted not to pursue a deal for the microblogging network partly due to concern that its reputation as place for bullying and abusive behavior might sully the media giant's wholesome image.
Ternyata citra Twitter selama ini cukup buruk sehingga Disney khawatir image buruk Twitter tersebut akan memengaruhi brand mereka. Image buruk Twitter tidak lain karena banyak bullying dan abusive behavior para penggunanya. Sebagai pengguna Twitter tentu anda akan paham dengan citra buruk ini. Twitter terlalu bebas untuk mengatakan segala sesuatu, termasuk ancaman pembunuhan, kabar bohong, perilaku melecehkan dan masih banyak lagi lainnya.
Ini buka sesuatu yang rahasia. Terhadap abusive behavior ini dan segala bentuk penyalahgunaan lainnya bisa dikatakan Twitter telah menyerah kalah. Mereka hanya bisa bertindak minimal kalau ada laporan. Banyak pengguna yang melaporkan penyalahgunaan, malah ditanggapi dingin oleh Twitter.
Tidak heran interaksi di Twitter termasuk interaksi paling bising dan memuakkan di media sosial. Banyak selebriti yang mengalami pelecehan dan pengguna biasa yang tidak bisa bertindak apa-apa karena tidak memiliki privilige layaknya seleb harus jadi korban abusive behavior pengguna Twitter.
Untuk bukti Anda bisa bisa membaca sejarah panjang perang Twitter terhadap penyalahgunaan layanan mereka seperti yang ditulis oleh BuzzFeed. Bisa dikatakan Twitter kalah telak.
Dan hal ini berakibat buruk terhadap citra Twitter itu sendiri. Saya percaya, sangat tepat alasan Disney tidak jadi membeli Twitter karena citra buruk Twitter itu sendiri. Tidak ada sebuah perusahaan pun yang mau citranya tercoreng hanya gara-gara perusahaan yang baru diakuisisinya. Google mungkin memiliki pertimbangan yang sama.
Namun tentu pintu akuisisi belum sepenuhnya tertutup. Menjelang tanggal 27 Oktober, mana tahu ada deal baru, entah dari Disney atau Google dengan pertimbangan di atas bisa memangkas harga Twitter.
Di Twitter, harrasment, abusive behavior, tweet sara, ancaman pembunuhan dan berbagai perilaku melanggar lainnya riuh rendah. Tentu bukan hanya Twitter yang mengalami hal ini. Setiap media sosial mengalami penyalahgunaan, namu terlihatn bahwa di Twitter penyalahgunaan layanan ini lebih ditolerir dibandingkan layanan media sosial yang lain. Seperti diungkapkan BuzzFeed tampaknya Twitter melakukan "pembiaran" sedari awal (2008) sehingga masalahnya beberapa tahun kemudian menumpuk dan tidak lagi bisa diatasi hingga membuat jelek citra Twitter.
Jika benar tidak ada yang mau membeli Twitter, Twitter mungkin akan tetap bertahan. Saya percaya layanan Twitter ini dibutuhkan, namun harus ada rules yang keras dan konsisten diterapkan terhadap pelanggar agar interaksi berlangsung dengan baik. Pembiaran a la Twitter selama ini untuk menjadikan layanan mereka lebih menarik bukanlah solusi yang bagus dan lambat-laun akan menenggelamkan Twitter.
Comments
Post a Comment