Google Pixel Smartphone Made by Google untuk Melawan Apple Inc.

Pixel Blue
Sudah bukan rahasia bahwa Google sering mengalami kegagalan ketika membangun hardware mereka sendiri. Kita bisa melihat ke belakang, misalnya Nexus Q yang layu sebelum berkembang. Chromebook Pixel yang hight end dan mahal namun tidak bisa dijual. Namun demikian ada juga yang sangat sukses untuk ukuran Google, yaitu Chromecast yang menguasai pasar streaming stick dan sudah terjual lebih dari 30 juta unit.

Di smartphone, sejak memperkenalkan Android, Google merilis seri Nexus yang merupakan benchmark bagi vendor Android lainnya. Namun Nexus ini semacam produk mati gaya karena konsepnya yang tidak jelas dan ambigu. Sejak dirilis tahun 2010 yang lalu, hampir tidak ada yang bisa dikatakan sukses karena penjualannya yang sangat terbatas. Alur pembuatannya adalah dengan bekerja sama dengan vendor, namun sepenuhnya di desain oleh Google. Oleh karena vendor yang memiliki material, Google sama sekali tidak terlibat dengan supply chain. Selain itu, Nexus ini juga akan berkompetisi dengan smartphone lain yang dirilis oleh vendor sehingga pemasarannya tidak fully supported, baik oleh Google maupun oleh vendor. Hal ini membuat seri Nexus ini tidak populer, sering hanya menjadi pelengkap karena vendor lebih senang menjual merek mereka sendiri.

Ada beberapa alasan mengapa Google tidak begitu sukses di bidang hardware ini. Pertama, mereka adalah internet company yang sangat bertumpu pada mesin pencari dan iklan. Anda tentu sudah tahu bahwa bisa dikatakan 99% pendapatan Google berasal dari iklan. Kedua Google sangat fokus ke software. Google menghasilkan software terbaik mereka, seperti Google Maps, Google Now dan banyak lagi. Ketiga mereka memang tidak fokus ke hardware dan lebih menyerahkan hal ini ke vendor yang mau diajak bekerja sama.

Hal ini berubah semenjak beberapa waktu yang lalu. Pertama ketika Google membeli perusahaan penghasil hardware Nest. Ingat, perubahan tersebut tidak terjadi meskipun Google membeli Motorola seharga 12,1 miliar dollar. Motorola tidak dijadikan oleh Google sebagai modal untuk masuk ke bisnis hardware karena berbagai alasan. Namun sejak ada Nest dan Tony Fadell tentunya Google sedikit demi sedikit merasakan betapa penting memiliki bisnis hardware.

Kedua semenjak Google menjual Motorola ke Lenovo Google berusaha membuat smartphone modular melalui Project Ara yang gagal. Ini menimbulkan semacam rasa penasaran Google sehingga mereka mulai bulan April yang lalu kembali menarik Rick Osterloh, tokoh dibalik kebangkitan Motorola yang keluar dari Lenovo.

Sejak menarik Rick Osterloh ini Google melakukan reorganisasi, khususnya di sisi hardware dengan mendapuk Osterloh sebagai pimpinan dan menarik sebanyak mungkin engineer yang bekerja di Nest untuk membantu divisi ini. Selain itu, seperti dirilis oleh The Information Google juga merekrut tokoh kunci dibalik kesuksesan hardware Amazon, yaitu David Foster.

Saya memperkirkan bahwa usaha membuat smartphone yang Made by Google ini dimulai sejak Osterloh memimpin divisi hardware Google. Diikuti oleh dibatalkannya Project Ara, Osterloh benar-benar bisa memfokuskan diri untuk membuat smartphone dengan ciri khas Google. Tentu saja tidak mudah membuat smartphone yang mulai dari nol. Namun sebenarnya Google punya orang-orang yang dapat diandalkan untuk itu, tetapi selama ini tidak terorganisir dengan baik dan tidak memiliki satu pola yang sama yang bisa diikuti bersama. Inilah yang mencirikan hardware Google terdahulu, desain yang saling berdiri sendiri, tidak ada arah yang jelas sehingga produk yang dihasilkan pun gagal.

Dengan dibentuknya hardware business di bawah Osterloh, Google merampingkan dan sekaligus memperluas peran divisi ini, antara lain yang sangat penting mengganti seri Nexus menjadi Pixel yang memiliki desain, material dan software terbaik a la Google.

Pixel jelas berbeda dengan Nexus. Pixel adalah Google Phone. Smartphone ini didesain dari nol oleh Google, segalanya dari Google hanya manufacturing-nya (karena Google memang tidak memilikinya) yang diserahkan ke HTC dan bahkan HTC pun tidak disebut oleh Google sebagai pembuat Pixel, sama dengan tidak disebutnya Foxconn oleh Apple Inc dalam pembuatan iPhone.

Pixel merupakan perubahan besar dalam cara pandang Google terhadap smartphone yang mereka hasilkan. Selama ini di seri Nexus, Google sangat bergantung kepada vendor yang diajak bekerja sama. Dengan Pixel Google akan langsung mengelola persediaan, membangun hubungan dengan operator, mencari komponen, membuat kesepakatan rantai pasokan, dan mengelola distribusi, bahkan akan membuat aksesoris smartphone sendiri. Dengan kata lain, Google saat ini merupakan pesaing langsung bagi vendor Android lainnya yang mana sistem operasinya dipasok oleh Google.

Google menyadari bahwa meskipun mereka terbaik di sisi software, namun penguasaan mereka di Android sebenarnya sangat kecil karena vendorlah yang lebih berkuasa dan terus-menerus berhubungan dengan pengguna akhir. Selain itu software terbaik tersebut membutuhkan hardware terbaik agar bisa berfungsi maksimal sehingga akan sangat masuk akal bagi Google membangun smartphonenya sendiri. Di seri Nexus hal ini tidak terjadi karena Google melimpahkannya ke vendor yang diajak bekerja sama.

Tambahan lagi pengalaman menyeluruh a la Google sejauh ini tidak pernah dirasakan pengguna ketika menggunakan seri Nexus. Meskipun Android Vanilla, seri Nexus masih dipengaruhi oleh vendor pembuatnya. Ini akan menjadikan pengalaman pengguna tidak paripurna seperti yang diharapkan Google.

Dengan Pixel Google berharap bahwa berbagai kekurangan yang selama ini terasa dapat dihilangkan. Kini Google bisa memasarkan sendiri smartphone mereka, negosiasi dengan operator layaknya vendor ponsel lainnya.

Alasan lain yang turut mendorong Google menghasilkan Pixel adalah tingkat kepuasan pengguna iOS yang selalu lebih tinggi dibandingkan dengan Android. Dengan sistem menyeluruh a la Apple, memang sangat masuk akal hal tersebut terjadi. Hal tersebutlah yang ditiru Google. Bila saat ini berbagai komponen masih berdiri sendiri, misalnya prosesor dari Qualcomm, di masa depan mungkin Google akan seperti Apple Inc, mendesain dan membuat chip Google sendiri untuk pengalaman penggunaan pengguna yang lebih baik.

Benchmark ke Apple Inc., ini bukan sesuatu yang patut dipertanyakan. Sebagai perusahaan paling sukses di muka bumi, benchmark ke Apple Inc sangat masuk akal. Namun tentu Google tidak akan meniru mentah-mentah. Mereka akan menyesuaikan dengan gaya Google sendiri.

Benchmark ke Apple Inc. ini tidak hanya hal tersebut. Desain Pixel dan Pixel XL terlihat mirip iPhone, bahkan mungkin bisa dikatakan identik. Namun, siapa berani mengatakan bahwa desain iPhone sesuatu yang original. Di dunia kreatif seperti desain industrial, peniruan hal yang lazim terjadi, namun ada yang melakukan terlalu bodoh (blatantly) dan Google bukan salah satu yang melakukan hal tersebut.

Google juga menempatkan Pixel dan Pixel XL sebagai smartphone flagship dengan harga head to head dengan iPhone. Hal ini sangat berbeda ketika merilis seri Nexus yang cenderung dihargai lebih murah. Hal ini merupakan pergeseran berikutnya dari Google. Google tidak mau Pixel dianggap produk kelas dua setelah iPhone meskipun beberapa fitur tidak tersedia layaknya iPhone. Google memposisikan Pixel dan Pixel XL sebagai produk terbaik dengan software terbaik plus fitur-fitur terkini seperti Google Assistant, sekaligus menjadikan Pixel dan Pixel XL sebagai satu-satunya smartphone daydream ready sehingga bisa digunakan untuk virtual reality.

Tentu saja ini baru permulaan dan agak sulit untuk menghakimi apakah Google berhasil dengan misinya atau gagal seperti yang sudah-sudah. Namun setidaknya kita tahu bahwa Google membutuhkan hardware terbaik untuk bersaing dengan Apple Inc. dan itu tidak akan bisa mereka dapatkan dari vendor lain sehingga mereka harus membuat sendiri secara paripurna hadrware mereka tersebut. Hardware terbaik ini merupakan pertaruhan Google untuk tetap bisa relevan di masa depan mengingat makin semrawutnya pengalaman pengguna Android disebabkan oleh berbagai vendor yang saling bertarung dan menonjolkan diri mereka masing-masing.

Saya percaya, kesuksesan Pixel akan sangat menentukan langkah bisnis hardware Google berikutnya. Kita tunggu saja apakah Pixel ini akan sukses atau gagal karena saat ini baru sekitar 12 jam dari dirilisnya smartphone tersebut sehingga terlalu terburu-buru untuk mengatakannya gagal.

Tentu saja Google tidak hanya merilis Pixel, tetapi juga Google Home, Google WiFi, Daydream View VR, dan Chromecast Ultra. Semua hardware ini kini berada dalam satu divisi hardware yang lebih terorganisir dengan baik. Nantinya juga akan ada produk thermostat terbaru dari Nest.

Selamat datang di bisnis hardware Google!

Spesifikasi dan pemesanan Pixel dapat dilakukan di SINI

Comments

Popular posts from this blog

Kisah Tukang Sapu yang Kehilangan Sapunya

Di Jalan Surabaya, Berburu CD Bekas Premium

Perang Twitter Versus Instagram