Di Indonesia Samsung Ditempel Ketat Vendor Lokal
Launching Galaxy A3 dan A5 di Indonesia (Chip.co.id) |
Selalu menarik membahas Samsung. Raja ponsel ini tengah galau akibat keuntungan yang terus menurun. Selain itu pangsa pasar mereka di beberapa negara terus digerus pendatang baru seperti Xiaomi atau One Plus One atau oleh vendor lain yang memberikan smartphone value for money yang jauh lebih murah dibandingkan harga ponsel Samsung.
Namun Samsung jauh dari kata selesai. Baru-baru ini untuk pasar Indonesia Samsung merilis Galaxy A3 dan A5 dengan pasar tujuan kaum muda yang sangat suka ber-selfie. Dengan harga Galaxy A3 sekitar 3 jutaan dan Galaxy A5 kurang dari 5 juta Samsung berharap fans-nya kembali. Setidaknya tentu saja smartphone baru tersebut ditujukan untuk memperkokoh posisi mereka di Indonesia.
Namun sayangnya, berharap smartphone value for money dari Samsung sangatlah sulit. Anda bisa membandingkan One Plus One yang beberapa waktu yang lalu menjual smartphone-nya di Indonesia. Seri flagship One Plus One dengan RAM 3GB dan ROM 64GB dijual hanya seharga 4,5 juta rupiah. Jika memperbandingkan spesifikasi One Plus One tersebut sama bahkan sedikit di atas Galaxy S5 yang dijual lebih dari 7 juta rupiah oleh Samsung.
Pemain seperti One Plus One ini dan tentu juga Xiaomi akan membuka mata para pengguna dan beralih untuk tidak lagi membeli Samsung yang berakibat makin turunnya pangsa pasar dan keuntungan Samsung. Selain itu, tekanan Apple di seri kelas atas membuat Samsung makin terpuruk.
Khusus di pasar ponsel Indonesia, Samsung masih bisa bernafas lega karena masih memimpin dengan pangsa pasar sebesar 19%. Data ini dirilis oleh Counterpoint untuk kuartal keempat tahun 2014 sebagaimana dikutip oleh Detikinet.
Data Counterpoint menyebutkan pengapalan smartphone hampir sama besarnya dengan feature phone di sekitar angka 10 juta unit. Jadi untuk Q4 saja di Indonesia dikapalkan sekitar 20 juta ponsel. 19% dari jumlah tersebut berasal dari Samsung.
Untuk posisi kedua, Evercross aka Cross menempel ketat posisi Samsung dengan perolehan pangsa pasar di angka 18,2%. Pencapaian Evercross ini sebuah hal yang cukup bagus mengingat Evercross adalah vendor lokal dengan harga ponsel yang sangat bersaing.
Posisi ketiga ditempati oleh Microsoft aka Nokia dengan angka 15,6%. Untuk Microsoft ada catatan menarik yang perlu diperhatikan, yaitu jumlah feature phone yang mereka kapalkan kemungkinan masih jauh lebih besar daripada jumlah smartphone Lumia. Meskipun saya tidak memiliki seberapa besar penjualan Lumia di Indonesia, tetapi bisa diperkirakan jumlahnya tidaklah begitu banyak atau lebih banyak dibandingkan dengan feature phone yang mereka jual.
Posisi keempat ditempati oleh Smartfren dengan perolehan 7,8%. Operator yang menjual smartphone dengan sistem bundling ini ternyata memiliki peminat yang cukup banyak. Harga smartphone yang ditawarkan Smartfren yang cukup murah mungkin yang membuat pengguna mau membelinya.
Bila kita lihat data di atas, beberapa waktu ke depan data mungkin akan berubah. Posisi Samsung mungkin tak akan lagi berada di atas karena jaraknya yang sempit dengan Evercross. Dan apabila penjualan Android One Evercross baik, saya kira Evercross akan bisa mengambil alih posisi Samsung di kuartal kedua 2015 ini.
Hal ini tidak terlepas dari semakin pahamnya pengguna terhadap nilai smartphone atau ponsel. Sebagaimana dikatakan oleh COO Motorola, Rick Osterloh ketika diwawancari oleh Forbes:
Every seven years, the person who’s been on top of the market has gone away," adding that "we are going through one of those fascinating shifts where people are starting to realize that you don’t need to pay $600 for a top-tier phone to get a top-tier experience.
Pesan penting dari apa yang dikatakan Rick Osterloh tersebut terkait Samsung adalah bahwa pengguna mulai menyadari bahwa mereka tidak perlu membayar 600 dollar untuk memperoleh smartphone kelas atas. Ini artinya konsumen beralih ke smartphone yang value for money. Mereka sebagian kecil mungkin masih akan membeli iPhone yang sangat mahal karena brand yang sedemikian kuat, tetapi untuk Samsung mereka mungkin tidak akan rela melepaskan 600 dollar atau lebih sehingga mereka mencari smartphone yang secara spesifikasi tidak kalah bahkan sama dengan yang diberikan Samsung, tetapi dengan harga jauh lebih murah.
Saya rasa apa yang dikatakan oleh Rick Osterloh tersebut perlu dijadikan acuan oleh Samsung untuk menetapkan harga smartphone mereka di tahun 2015 ini. Di Indonesia fenomena ini sudah dimanfaatkan dengan baik oleh Xiomi dan Motorola.
Comments
Post a Comment