Google Glass Is Death

Model menggunakan Google Glass
Isu akan suramnya masa depan Google Glass telah bergulir jauh sebelum memasuki tahun 2015. Bila kita kembali ke tahun 2013 saat smart gadget ini pertama kali tersedia untuk Glass Explorer, Google sudah sangat hati-hati dalam memasarkannya dengan cara membuat program rintisan yang disebut Glass Explorer (bukan Dora The Explorer :D ).

Google pun menjualnya secara bertahap dan terus-menerus memberikan update software dan aplikasi yang tampaknya mulai banyak tertarik untuk mencoba hadir di smart gadget yang digadang-gadang sangat prestesius oleh Google dan banyak kalangan lainnya.

Peluncurannya juga sangat wah dengan melibatkan beberapa penerjun yang langsung dipimpin oleh co-founder Google Sergey Brin. Tentunya Google sangat berharap, Google Glass memberikan Google beberapa langkah di depan para pesaingnya terutama soal  device yang tidak dimiliki oleh para pesaing seperti Apple Inc.

Hampir dua tahun berlalu, pada awalnya Google berharap bisa menjual versi konsumen pada awal tahun 2014 yang lalu, namun hal tersebut tidak terwujud. Alih-alih merilis versi konsumen, Google hanya mampu menawarkan berbagai macam frame yang berbeda dan terus melakukan kampanye termasuk dengan desainer pakaian Diane Furstenberg.

Namun publik terus menanti kapan Google bisa menghadirkan versi publik yang bisa mereka beli dengan harga yang lebih rasional dibandingkan dengan 1.500 USD untuk mereka yang terlibat dalam program Glass Explorer. Nyatanya, sampai dengan tadi malam, saat Google memberitakan bahwa Google Glass telah lulus dari Google X Lab dan kini berada di bawah Tony Fadell (Nest) keinginan tersebut tidak terwujud. Malah banyak yang memperkirakan atau menduga keluarnya Google Glass dari Google X Lab bukan lulus (sebagaimana dikatakan Google), tetapi menuju kematiannya karena kurangnya minat konsumen dan sedikit terjualnya Google Glass.

Sebagai bukan pengguna, saya tentu tidak tahu persis bagaimana kegunaan Google Glass ini. Namun seorang teman asal Indonesia yang tinggal di Amerika menggunakan Google Glass dan saya rasa sejauh ini ia nyaman dengan Google Glass. Saya rasa, Google Glass adalah gadget futuristik yang sangat menarik untuk digunakan karena penggunaannya yang jauh berbeda dibandingkan dengan smartphone sehingga tidak akan mudah bagi Google untuk menghentikan pengembangannya. 

Namun tentu sangat menarik untuk mengetahui mengapa Google Glass tidak berkembang setelah dua tahun diluncurkan?

Banyak hal yang bisa dijadikan alasan. Dari sisi Google saya rasa apa yang telah mereka tempuh dalam pengembangan dan pemasaran Google Glass serta teknologi yang dibawanya sudah sangat hati-hati dan bertahap. Ini terlihat bahwa Google melakukan program Glass Explorer dan mengundang banyak developer untuk membuat aplikasi untuk Glass. Meskipun kemudian beberapa aplikasi kemudian menarik diri karena pengguna yang tidak berkembang, mungkin itu cerita lain.

Saya melihat bahwa konsumen yang belum sepenuhnya siap adalah salah satu faktor mengapa Google Glass untuk publik tidak berkembang. Di awal-awal kemunculannya sangat banyak tempat seperti bar atau bioskop yang melarang pengguna menggunakan Google Glass karena berbagai alasan. Ini semacam sisi negatif yang membuat banyak orang berpikir untuk membeli Google Glass.

Hal ini dengan baik dikemukakan oleh Kevin C. Tofel dalam artikelnya dalam mengomentari dialihkannya proyek Google Glass ke Tony Fadell. 
Society isn’t ready for cameras that are aimed at them when having a face-to-face conversation. It doesn’t matter if the camera is on or not.
Masyarakat bahkan yang sangat maju dalam teknologi sekalipun seperti AS belumlah siap berhadapan atau melakukan percakapan face to face dengan seseorang di mana di mata orang tersebut ada kamera, tidak peduli apakah kamera itu nyala atau mati sekalipun. Kesan bahwa pemakai Google Glass layaknya robot dan kekhawatiran terhadap privasi turut menambah keengganan calon pengguna untuk terlibat memakai Google Glass.

Saya rasa hal ini berdampak jelek bagi pengembangan Google Glass untuk publik sehingga mungkin di bawah Tony Fadell Google Glass akan mencari ceruk lain untuk mengembangkan Google Glass ke depannya. Hal ini sebenarnya sudah diungkapkan oleh salah satu Googler yang bekerja di Google Glass, yaitu Timoty Jordan melalui update-nya di Google Plus.
Glass is graduating from Google[x] labs to focus on the future of Glass.  The Explorer program is closing, but if you need a second, third, or fourth Glass you've got a few more days to buy 'em!  ;)
The team is now working on future versions of Glass. We learned a ton from the Explorer Program and we’re closing it so we can better focus on building what’s next – you’ll see the next version when it’s ready.  At the same time, the Glass at Work program is starting strong and is a great opportunity for development today.
Sebagaiman pernah diungkapkan oleh Eric Schmidt bahwa time frame dari Google Glass paling tidak sekitar 3 tahun semenjak pertama kali dijual, yaitu dari tahun 2013 hingga 2016. Ini artinya masih ada tersedia satu tahun ke depan untuk melihat untuk tujuan apa Google Glass yang pas. Saya rasa Google tidak salah untuk memberikan tanggung jawab pengembangan Google Glass berikutnya kepada Tony Fadell. Namun tentu saja sebuah tantangan yang berat bagi Tony Fadell mengingat beberapa kelemahan dan batasan yang ada di Google Glass saat ini.

Pertanyaan berikutnya tentunya apakah program Google Glass dimatikan oleh Google dengan ditutupnya program Glass Explorer? Saya tidak bisa berspekulasi bahwa Google menutup atau terus melanjutkan program tersebut. Yang jelas program tersebut tidak mati, minimal dalam satu tahun ke depan. Setelah tahun 2016 kita bisa melihat apakah Google akan menghentikan atau meneruskannya.

Comments

Popular posts from this blog

Di Jalan Surabaya, Berburu CD Bekas Premium

Enny Arrow, Pengarang Stensilan Cabul Masa Lalu

Kisah Tukang Sapu yang Kehilangan Sapunya