Xiaomi Dihantui Kemacetan Produksi dan Pengiriman

Hugo Barra saat rilis Xiaomi Redmi 1S di Indonesia
Produsen smartphone nomor satu di pasar China Xiaomi boleh saja berbangga berhasil menyalip Samsung dan Apple di pasar China. Tidak hanya itu, di beberapa pasar lain seperti Indonesia dan India, Xiaomi sedemikian populer sehingga membuat banyak orang penasaran dan ingin memiliki smartphone Xiaomi seperti Redmi 1S atau Redmi Note.

CEO Xiaomi dalam Lei Jun World Internet Conference di China beberapa waktu yang lalu mengemukakan ambisi Xiaomi, yaitu menjadi raja smartphone dalam 5 sampai 10 tahun ke depan. Ambisi ini bisa saja sebuah mimpi karena Xiaomi baru berusia empat tahun. Namun bila melihat ekspansi mereka beberapa waktu terakhir, mimpi tersebut mungkin saja terwujud.

Namun apa yang diungkapkan oleh Bloomberg menjadi pertanda awal bahwa Xiaomi mungkin tidak akan bisa mengimbangi ambisi tersebut. Sebagaimana diketahui, pada tahun ini Xiaomi akan masuk ke 10 pasar, namun hanya mampu masuk ke lima pasar. Menurut Bloomberg alih-alih melakukan ekspansi ke 10 pasar baru tahun ini, Xiaomi hanya masuk ke lima pasar. Hal tersebut menyebabkan konsumen di Brazil, Rusia, Thailand, Meksiko dan Turki  harus menunggu  lebih lama untuk bisa membeli ponsel Xiaomi. 

Apa masalahnya?

Masalahnya adalah adanya kemacetan  produksi dan pengiriman sehingga memperlambat Xiaomi yang kini berada di posisi ketiga produsen smartphone dunia mengejar  Samsung dan Apple.

Menurut Bloomberg, dalam dua bulan terakhir Xiaomi yang berbasis di Beijing harus mencarter empat kali penerbangan  khusus untuk melakukan pengiriman ke India. Xiaomi biasanya bergantung pada penerbangan kargo komersial untuk pengiriman, namun tidak selalu bisa mendapatkan ruang yang dibutuhkan untuk memenuhi permintaan sehingga terpaksa mencarter pesawat.

Untuk solusinya, Xiaomi berencana memproduksi  smartphone di negara-negara di mana ia ingin berkembang. Menurut Hugo Barra, wakil presiden yang bertanggung jawab atas operasi global, Xiaomi sudah dalam pembicaraan dengan produsen elektronik Foxconn Technology Group. Produksi di India kemungkinan akan dimulai pada 1-2 tahun, dan Brasil mungkin mulai lebih cepat.

Tentu saja terjadinya kemacetan produksi dan pengiriman ini akan berpengaruh terhadap ambisi Xiaomi. Mengingat sedemikian populernya produsen asal China ini, calon konsumen akan terpaksa menunggu beberapa lama untuk bisa membeli ponsel Xiaomi sehingga jumlah pasar yang dimasuki sedikit dan sebaran produk juga akan sempit.

Bila kita teliti lebih dalam, Xiaomi tidak memiliki pabrik sendiri dan bergantung kepada banyak perusahaan untuk memproduksi ponsel mereka, termasuk Foxconn. Dengan permintaan konsumen yang terus meningkat seiring ekspansi yang dilakukan, masalah kemacetan produksi dan pengiriman ini sebenarnya tinggal menunggu waktu untuk muncul.

Ketiadaan pabrik ponsel sendiri merupakan tipikal dari vendor baru yang sebelumnya tidak ada di pasar smartphone. Dengan ambisi besar, biasanya mereka bergantung kepada perusahaan lain dan lebih mengurus penjualan dan marketing. Ketika ponsel yang dijual menjadi sangat populer, baru akan terasa bahwa mereka tidak memiliki pabrik sendiri untuk memenuhi permintaan konsumen sehingga terjadilan kemcaetan produksi dan pengiriman.


Comments

Popular posts from this blog

Di Jalan Surabaya, Berburu CD Bekas Premium

Enny Arrow, Pengarang Stensilan Cabul Masa Lalu

Kisah Tukang Sapu yang Kehilangan Sapunya