Build Your Own Smartphone dengan Project ARA dari Google
Ketika dijualnya Motorola oleh Google ke Lenovo ada satu divisi yang tetap dipertahankan, yaitu Advanced Technology and Projects (ATAP). Divisi ini seperti Google X di Google, yaitu merancang teknologi baru atau sesuatu proyek yang ambisius. Salah satu yang cukup menyita perhatian adalah Project ARA.
Project ARA yang berada di bawah ATAP dari semula (ketika Motorola masih a Google Company) sudah menyita perhatian dengan merekrut salah satu bintang terang dari DARPA (Defense Advanced Research Projects Agency, lembaga di bawah Departemen Pertahanan AS), yaitu Regina Dugan. Perekrutan Regina Dugan ini merupakan pertanda bahwa ATAP sangat serius membidik proyek-proyek masa depan terutama terkait dengan teknologi baru. Tentunya bukan hanya Regina Dugan yang direkrut Google dari DARPA, beberapa ahli lain seperti Paul Eremenko juga direkrut.
Demikianlah pada bulan Oktober 2013 yang lalu, Project ARA secara resmi dirilis ke publik. Dalam rilis awal proyek ini bertujuan membuat smartphone yang bisa dibuat sendiri oleh pengguna, layaknya dulu (dan sekarang pun masih) membuat PC desktop sendiri dari berbagai komponen yang secara bebas di diperoleh di pasar.
Sebenarnya sebuah hal yang cukup aneh bila mana setiap pengguna bisa membangun smartphone sendiri. Kalau di PC desktop suatu hal yang biasa karena komponennya cukup besar dan bisa dirakit dengan sedikit keahlian. Namun di smartphone, komponennya ada yang sangat kecil dan cukup susah untuk disatukan dalam satu paket yang bisa berfungsi.
Sebuah hal mustahil merakit smartphone sendiri sebelum dirilisnya Project ARA. Banyak vendor smartphone terutama Apple memiliki device yang sangat sulit untuk diurai. Bahkan pada derajat tertentu smartphone Android juga memiliki kesulitan yang cukup tinggi untuk diurai, meskipun tidak sesulit iPhone.
Namun Google memiliki pemikiran lain. Dengan suatu cara tertentu, Google berkeinginan setiap orang bisa membangun smartphone sendiri dengan serangkaian hardware yang tersedia. Project ARA ditujukan untuk hal ini. Nantinya dengan berbagai komponen yang dihasilkan oleh Project ARA ini, pengguna bisa memilih layar tertentu, prosesor dan bagian-bagian lain lalu disatukan jadi satu alat yang bisa berfungsi layaknya smartphone yang diproduksi oleh vendor lain.
Perlu diketahui bahwa platform untuk Project ARA ini tentulah Android. Dengan demikian nantinya (diperkirakan awal tahun 2015) pengguna sudah bisa membangun smartphone Android mereka sendiri dengan harga yang diperkirakan sangat bersahabat, yaitu mulai dari 50 USD.
Project ARA ini nantinya akan merilis tiga jenis smartphone sebagaimana dicatat oleh Times:
What the Ara team and its outside collaborators have created is a platform that supports three sizes of phone: mini (rather basic), medium (mainstream) and jumbo (an oversized, phablet-style variant). The size of each is determined by its endoskeleton, or endo for short — the one component of an Ara phone that will be Google-branded, as opposed to being devised by a third-party company.
Bagi saya, Project ARA ini sangat menarik. Membayangkan nantinya dengan komponen-komponen yang tersedia saya bisa membangun smartphone Android sesuai keinginan, baik dari sisi hardware maupun software. Namun menjadi tanda tanya adalah apakah proyek ini nantinya akan melahirkan suatu bentuk tertentu yang dirasa paling cocok dengan pengguna. Ini artinya, bentuk smartphone yang bisa dibangun mungkin akan terbatas berbentuk candy bar atau sejenisnya. Selain itu, teknologi kamera ponsel saat ini sudah sangat maju. Dengan Project ARA ini apakah sisi software kamera dan software smartphone secara keseluruhan sesuatu yang sudah ada (default). Ini artinya akan sulit bagi pengguna untuk melakukan modifikasi secara ekstrim (mengambil software lain) terhadap smartphone yang hendak dibangun.
Mengenai hal ini, Paul Eremenko mengatakan:
The endo is an aluminum frame that contains a bit of networking circuitry so the modules can talk to each other, a tiny back-up battery and not much else. Everything from the screen to the processor to the battery is provided in the form of a module — the medium-sized endo has space for ten of them — which you slide into place to form a phone. In the first prototype, the modules use retractable pins to connect to the endo’s network; later this year, Google plans to replace that approach with more space-efficient capacitive connections.
Like the expansion slots on a desktop PC’s motherboard, each compartment on the endo is designed to handle any module of the correct size, regardless of its function. Though basic technical issues are sometimes a factor — an antenna can’t just go anywhere on a phone’s body, for instance — the general idea is to design the phone so that you can swap modules in and out at will.
Sebenarnya masih sesuatu yang agak gelap bagi saya sendiri bagaimana nantinya cara kerja Project ARA ini. Namun setidaknya, pemahaman awal saya adalah, saya bisa membangun smartphone Android yang saya inginkan dari serangkaian modul yang terpisah dan kemudian disatukan dengan cara tertentu sehingga bisa berfungsi layaknya smartphone dari vendor seperti Samsung, HTC, LG dan lainnya.
Semoga saja tahun depan saya bisa mencicipi Project ARA ini.
Comments
Post a Comment