Catatan Sebelum Internet Governance Forum, IGF 2013 Bali

Dalam hitungan hari ke depan, Internet Governance Forum ke-8 akan dilaksanakan di Nusa Dua Bali. Forum Tata Kelola Internet tingkat internasional ini mempertemukan para pemegang kepentingan di ranah internet, ada dari pemerintah, organisasi intra pemerintah, swasta, perguruan tinggi, civil society dan lainnya untuk sama-sama berdebat mencari Tata Kelola Internet yang bagaimana semestinya ada.

Sungguh sesuatu yang sangat rumit untuk menentukan sebuah Tata Kelola untuk sebuah (hal) yang melingkupi seluruh dunia ini, yaitu Internet. Banyak hal, banyak faktor yang harus dipertimbangkan untuk sampai pada satu kesimpulan, bahkan kata Tata Kelola itu sendiri (Governance) mungkin masih sangat terbuka untuk diperdebatkan. Apakah semestinya Internet tersebut dikelola? Bagaimana seandainya internet tersebut dibiarkan apa adanya, seperti waktu lahirnya? Apakah tidak sebaiknya Internet itu dibiarkan saja bagaimana pengguna menggunakannya, tak perlulah berbagai pihak harus mengelola bagaimana internet itu bekerja?

Namun sesuatu yang mustahil jika Internet itu dibiarkan begitu saja karena Internet sudah sekian maju. Seperti kata Jovan Kurbalija, "Tiada Konspirasi, Internet Telah Menjadi Korban Ketenarannya Sendiri". Internet yang dulu hanya terbatas bagi akademisi, kini dinikmati sekian miliar penduduk bumi. Internet kini menjadi selebriti baru yang kini memaksa sebagian besar orang tidak bisa hidup tanpanya. 

Lalu, muncullah berbagai kepentingan yang tercipta karena adanya internet. Ada kepentingan ekonomi, ada kepentingan demokrasi dan berbagai kepentingan lain. Ada pihak yang ingin internet diawasi secara ketat karena khawatir dengan berbagai kemungkinan yang merugikan. Ada pihak yang ingin mengekspor berbagai budaya permisif melalui internet. Ada banyak konten tak patut yang ingin disebar pembuat konten demi mengejar keuntungan ekonomi.

Bingung. 

Internet membuat banyak kesempatan terbuka lebar, di sisi lain internet membuat berbagai ketidakpastian dan kerapuhan dalam berbagai hal seperti data pengguna, pencurian identitas, serangan cyber, perdagangan manusia. Lalu mungkinkah sebuah tata kelola yang disetujui semua pihak bisa mengatasi hal-hal buruk dari internet dan menonjolkan sisi-sisi baik internet tersebut?

Saya rasa tidak akan ada satu kesepakatan apa pun tentang Tata Kelola Internet yang diamini semua pihak. Latar belakang budaya, bahasa, demokrasi, kepentingan ekonomi, pertahanan negara dan banyak hal lainnya menjadi faktor kesepakatan untuk tidak sepakat. Namun paling tidak Internet Governance Forum melahirkan sebuah arahan (guidance) bagaimana seharusnya pemegang kepentingan yang sangat banyak tersebut bereaksi dengan internet. (bahkan saya bingung untuk mencari kata yang pas untuk hal ini).

Seperti tema Internet Governance Forum ke-8 di Bali ini, "Building Bridges – Enhancing Multi-stakeholder Cooperation for Growth and Sustainable Development”--Membangun Jembatan. 

Saya jadi ingat apa yang dikisahkan dalam biografi Sutan Sjahrir untuk tamsil sebagai jembatan. Jadi jembatan itu, menghubungkan banyak pihak, banyak kepentingan yang setiap saat berlalu lalang di atas jembatan. Apa yang dilakukan oleh berbagai pihak dengan adanya jembatan belum tentu akan berakibat positif bagi jembatan itu sendiri. Bagi sebuah jembatan, adanya pertemuan berbagai kepentingan karena keberadaan dirinya adalah sesuatu yang sangat besar. Jembatan tak perlu risau akan lapuk asal berbagai pihak bisa bertemu dan mengambil keuntungan dari dirinya. Namun celakanya sebagai jembatan, posisinya berada di titik yang sulit. Untuk ikut satu pihak tertentu tidaklah mungkin, sementara mungkin saja jembatan tersebut tertarik untuk bergabung ke salah satu pihak tertentu. Ini membuat Jembatan sesuatu yang ambigu, posisinya tidak jelas.

Namun setidaknya, kita bisa mengambil berbagai hal positif dari Internet Governance Forum ini. Mungkin banyak yang mengatakan, seolah-olah (forum ini) mengawang-awang, tidak jelas ke mana arahnya dan kurang promosi dan bantuan pemerintah. 

Cobalah nanti kita buktikan dengan mengikuti 130 lebih workshop gratis yang disediakan Internet Governance Forum di Bali. Nilai workshop ini jika dinilai dengan uang akan sangat besar dan manfaatnya akan lebih besar lagi. Melihat lebih jauh bagaimana pemegang kepentingan di Internet saling mendahulukan kepentingan mereka sendiri adalah sesuatu yang menarik. Indonesia sebagai tuan rumah di forum ini sudah semestinya mengajukan berbagai hal yang sesuai pula dengan kepentingannya. Jangan mau jadi tukang cuci piring, namun sudahkah disiapkan apa saja yang hendak kita ajukan demi kepentingan kita sendiri di Internet Governance Forum nanti?

Comments

Popular posts from this blog

Kisah Tukang Sapu yang Kehilangan Sapunya

Bisnis Jual-Beli Organ Tubuh Manusia

Di Jalan Surabaya, Berburu CD Bekas Premium