Melemparkan BlackBerry? Pikir Lagi


BlackBerry untuk digunkan bukan untuk dilemparkan, sumber: teknojurnal.com

Cukup banyak tekanan yang datang kepada RIM beberapa waktu terakhir. Setelah beberapa waktu lalu cukup lega dengan keputusan regulator yang tidak akan memutus layanan BIS, kini RIM harus menerima sebuah pukulan lain, yaitu rencana aksi pelemparan BlackBerry di depan Kedubes Kanada di Jakarta. Cukup aneh juga nelihat aksi ini walau dari beberapa sumber yang saya baca, aksi tersebut dilindungi undang-undang dan sebagai bentuk sebuah nasionalisme.
Saya cukup heran juga pada sebuah artikel, aksi ini disamakan dengan protes Ambalat dan kasus TKW di Arab Saudi. Menurut pemrakarsa aksi ini :
"Spirit yang diangkat dalam aksi lempar BlackBerry mirip dengan saat protes Ambalat atau protes lain pada kelakuan pihak luar yang melecehkan negara. Dalam hal ini, RIM diprotes karena dinilai meremehkan Indonesia dengan tidak memenuhi regulasi. Mungkin ada kemungkinan aksi lempar BlackBerry akan menuai kritik. Kamilov pun menilai jika nanti ada kritikan, berarti pihak pengritik perlu dipertanyakan kecintaannya pada Tanah Air".
Cukup aneh tentunya memberikan analogi bahwa aksi pelemparan BlackBerry sama dengan kasus protes Ambalat dan TKW Arab Saudi bahkan mempertanyakan kecintaan pada tanah air. Bagi saya sendiri aksi ini cukup sebuah kesia-siaan. Mengapa?


Pertama, secara logika, pengguna BlackBerry tentu akan sangat sayang jika BlackBerry yang biasanya mereka gunakan untuk keseharian dalam berkomunikasi, ternyata kemudian dilemparkan dan tentunya akan rusak. Ini saja sudah keluar dari akal sehat. BlackBerry dibeli mahal-mahal untuk bergaya, untuk BBM-an, untuk menunjukkan "INI BB LHO, BUKAN HP CHINA". Betapa naifnyapengguna BlackBerry  jika kemudian BlackBerry yang dimiliki, terkadang dengan kartu kredit  yang tidak jarang menunggak dilemparkan secara sukarela. Kedua, saya rasa sebenarnya pengguna BlackBerry tidak peduli benar, apakah BlackBerry atau RIM yang merupakan produsen BlackBerry membangun data center mereka di Indonesia karena selama ini toh layanan RIM lancar jaya.

Ketiga, dari pihak RIM sendiri seperti telah saya kemukakan sebelumnya. Membangun data center bukanlah hal yang mudah, apalagi di negara Indonesia yang kondisinya tak stabil ini. Apalagi saat ini RIM sedang limbung, nilai penjualan mereka turun jauh dibandingkan tahun lalu. Penguasaan pasar pun jauh melorot. Bahkan hari ini diisukan banyak peminat yang ingin membeli RIM.
Apakah mereka bisa dipaksa dengan aksi lempar BlackBerry? Saya kira tidak, karena RIM cukup hapal karakteristik pengguna BlackBerry di Indonesia. Ingat peristiwa rusuh penjualan BlackBerry 9790 Bellagio beberapa waktu yang lalu? Dari peristiwa tersebut, RIM cukup percaya diri, aksi ini hanya gertak sambal yang tidak akan berhasil. Melempar BlackBerry karena alasan pembangunan data center bukanlah hal paling pintar yang bisa dilakukan, melainkan hal bodoh yang tidak akan dilakukan oleh orang yang sudah susah payah mendapatkan BlackBerry.

Keempat, soal hubungan dengan nasionalisme dan cinta tanah air. Saya kira terlalu absurd menghubungkan keikutsertaan atau kritik terhadap aksi ini dengan kadar nasionalisme. Nasionalisme tidak dapat diukur dari aksi pelemparan BlackBerry. Bagi mereka yang memperoleh BlackBerry dengan cara yang sulit, berutang kadang dengan segala cara agar ikut arus besar pemakai BlackBerry, apakah mereka tidak nasionalis jika mereka tidak ikut dan mengkritik aksi yang di luar akal tersebut?
Adalah hal yang naif jika kritik terhadap aksi tersebut disebut tidak nasionalis. Terlalu mengada-ada karena jangankan melempar BlackBerry yang harganya hampir dua juta (paling murah), melemparkan goreng pisang saja yang harganya seribu rupiah sangat sayang, mubazir, lebih baik dimakan.
Kelima, RIM sudah berhasil dalam beberapa kesempatan menolak keinginan regulator untuk membangun data center. Tentu mereka tidak akan kalah hanya karena segelintir dari pengguna BlackBerry yang jumlahnya lebih 5 juta di Indonesia melemparkan BlackBerry mereka. Bisa jadi RIM akan bekerja sama dengan dengan Kedubes Kanada menyediakan tempat pelemparan yang bisa menjamin BlackBerry yang dilempar tersebut tidak akan rusak berantakan dan masih bisa dipakai kembali. Nantinya RIM akan mengembalikan BlackBerry tersebut atau malah menyumbangkannya kepada pihak yang membutuhkan.

Saya rasa yang dibutuhkan untuk memaksa RIM membangun data center di Indonesia, bukanlah aksi pelemparan BlackBerry. Akan sangat sayang BlackBerry dibeli mahal-mahal lalu dilempar. Sebuah aksi yang banyak mubazirnya daripada hasilnya karena pemerintah telah memutuskan untuk meneruskan layanan RIM. Saya rasa langkah RIM membangun data center di Singapura merupakan hal terbaik dan maksimal yang bisa mereka lakukan saat ini. Ini bukan membela RIM, tetapi juga melihat kondisi di Indonesia juga. Selain itu, mungkin beberapa waktu ke depan, RIM sendiri sudah tidak ada karena masalah internal mereka yang sangat berat saat ini.
#LemparBlackBerry #RIM #BlackBerry

Comments

Popular posts from this blog

Di Jalan Surabaya, Berburu CD Bekas Premium

Enny Arrow, Pengarang Stensilan Cabul Masa Lalu

Kisah Tukang Sapu yang Kehilangan Sapunya