RIM BlackBerry yang Limbung
bgr.com |
Di antara Apple Inc., Nokia, Samsung dan banyak vendor smartphone lainnya, mengapa RIM akhir-akhir ini terlihat megap-megap seperti kurang darah? Kondisi serupa ini pernah dialami oleh Nokia, setelah bulan Februari yang lalu memutuskan untuk membakar Symbian dan beralih ke Windows Phone Microsoft. Banyak rumor yang beredar karena nilai saham dan penjualan Nokia yang terus merosot, Nokia akan dijual ke Microsoft. Bahkan setelah mereka melahirkan Nokia Windows Phone terbaru, Lumia 800 dan Lumia 710, rumor bahwa mereka akan dijual ke Microsoft masih muncul.
Kondisi ini terjadi juga di RIM. Dalam laporan mereka yang terbaru, terlihat penurunan drastis dalam hal penjualan dan keuntungan. Beberapa laporan yang dikemukakan oleh Reuters, Bloomberg, dantelegraph.co.uk menyebutkan RIM, produsen BlackBerry mengalami hal yang cukup buruk di tahun 2011 ini. Pasar mereka di Amerika Serikat kini hanya 9,2% dari 24% tahun 2010 yang lalu, dan hampir 50% di tahun 2009. Pendapatan bersih mereka yang berakhir tanggal 26 November yang lalu hanya 265 juta dollar AS, dari 911 juta dollar AS di periode yang sama tahun lalu. BlackBerry PlayBook yang diharapkan bisa berkompetisi dengan iPad, ternyata bukan mendatangkan keuntungan bagi RIM. PlayBook malah mendatangkan kerugian sebesar 365 juta dollar AS karena device yang tidak terjual. Seorang analis Canalis sebagaimana dikutip oleh telegraph.co.uk mengatakan RIM tidak hanya membutuhkan konsumen saat ini yang bisa membeli produk mereka, tetapi juga pembeli serius yang bisa membeli RIM sekaligus.
Beberapa waktu yang lalu, berita yang menunjukkan bahwa pengguna BlackBerry mengalami peningkatan signifikan di tahun 2011 ini. Kini paling tidak ada sekitar 70 juta pengguna BlackBerry di dunia, dimana sekitar 5 juta lebih berada di Indonesia. Tentunya kita cukup heran, mengapa konsumen bertambah, sementara penjualan RIM terus menunjukkan penurunan. Saya berpendapat taktik RIM untuk tidak agresif di pasar-pasar yang cukup kuat seperti AS dan Eropa sebagai sebuah taktik yang mungkin agak keliru sehingga mendorong menurunnya pendapatan mereka. Konsumen di AS dan negara Eropa pada umumnya membeli smartphone sekaligus bersama dengan operator dalam perjanjian layanan minimal dua tahun. Tipe penjualan seperti ini tentu sangat bagus bagi RIM untuk menjaga pendapatan mereka karena mereka menjual handset sekaligus layanan data. Dengan menurunnya konsumen jenis ini, jelas saja akan berpengaruh kepada pendapatan RIM.
Coba kita bandingkan dengan konsumen khususnya di Indonesia yang merupakan pasar yang serius digarap RIM saat ini. Kebanyakan bahkan mungkin lebih dari 99% pembeli tidak langsung membeli layanan RIM melalui operator atau langsung dengan layanan RIM berdasarkan kontrak tertentu. Ini artinya RIM hanya menjual handset, layanan sangat tergantung kondisi konsumen. Bisa sewaktu mereka punya dana mereka akan menggunakan, kalau tidak ada dana mereka akan libur dari layanan RIM. Tentu saja konsumen jenis ini tidak memiliki pengaruh cukup signifikan bagi pendapatan RIM. Apalagi kebanyakan konsumen di Indonesia lebih memilih paket yang minimal harganya, tidak seperti di AS dan Eropa yang unlimited.
Bagaimanapun RIM tidak bisa mengelak bahwa AS dan Eropa merupakan pasar yang sangat cocok dengan model bisnis mereka. Sebagaimana kita ketahui, RIM tidak hanya menjual smartphone BlackBerry, tetapi juga layanan data. Ketika mereka tidak kompetitif di AS dan Eropa, tentu saja hal ini akan sangat berpengaruh kepada pendapatan mereka, meskipun di sisi lain, di pasar lain mereka mengalami kemajuan dalam jumlah penjualan handset.
Kondisi RIM mirip dengan peristiwa yang dialami oleh Nokia ketika mereka masih bertahan dengan Symbian, sebuah sistem operasi yang dikatakan banyak orang ketinggalan dan sulit untuk dibuatkan aplikasinya. Coba kita bandingkan dengan iOS walaupun eksklusif dikembangkan hanya pada perangkati-device, namun sangat mudah untuk dibuatkan aplikasinya. Bahkan anak usia 7 tahun pun bisa membuat aplikasi untuk i-device, semisal untuk iPhone dan iPad. Demikian juga Android, banyak sekali developer yang membuat aplikasi untuk Android Market, bahkan kini aplikasi di Android Market sudah di-download lebih dari 10 miliar.
Coba kita tengok aplikasi di BlackBerry. Hampir tidak banyak perubahan dari dua tahun yang lalu. Aplikasi di BlackBerry jauh kalah dibandingkan dengan Apple dan Android. Kekuatan iPhone dan Android berada di sisi ini karena mereka melengkapi smartphone dengan aplikasi yang sangat banyak. Sementara BlackBerry tidak demikian. BlackBerry miskin aplikasi sehingga banyak pengguna yang enggan membelinya (terutama di AS) karena mereka beranggapan kalau smartphone kurang aplikasi, kegunaan smartphone tersebut akan jauh berkurang.
Hal ini karena terdapat kelemahan di sisi software BlackBerry dimana menurut developer sangat sulit untuk membuat aplikasi untuk BlackBerry. Tentunya RIM mengetahui hal ini dan menyempurnakan software mereka, terakhir dengan BBX yang kemudian diubah menjadi BlackBerry 10. Selain itu mereka giat melakukan pertemuan dengan developer dan mengundang banyak developer untuk membuat aplikasi untuk BlackBerry. Namun tentunya perubahan ini tidak bisa menunjukkan hasil dalam sekejap mata. Laporan terbaru dari nytimes.com menunjukkan bahwa tidak akan ada smartphone BlackBerry terbaru hingga akhir 2012 nanti. Mike Lazaridis dan Jim Balsillie CEO dan c0-CEO RIM mengatakan mereka akan mempromosikan line up produk yang ada saat ini. Reaksi langsung bermunculan, salah satunya adalah turunnya saham RIM ke titik terendah selama 8 tahun terakhir.
Saya percaya kondisi berdarah RIM ini akan masih terjadi di tahun 2012 nanti. Walaupun RIM mengaku mengalami kemajuan dalam jumlah pengguna, mereka tidak berada di pasar yang gemuk dan konsumen yang suka kemajuan teknolgi smartphone seperti AS dan Eropa dan berlangganan data dengan RIM secara unlimited sehingga berdampak kurang signifikan bagi pendapatan RIM. Mungkin saja dalam beberapa waktu ke depan, RIM benar-benar akan masuk ke dalam daftar jual.
#RIM, #BlackBerry #Android, #iOS, #Google
Comments
Post a Comment