Hands On ASUS Zenfone 4S (Zenfone C, ZC451CG 2GB/8GB)

Asus Zenfone 4s (Zenfone C)
Sejauh menggunakan smartphone Android, saya tak pernah menggunakan smartphone yang menggunakan prosesor Intel. Bukan tidak suka sebenarnya, namun pilihan selalu lebih kepada Qualcomm Snapdragon dan MediaTek. Oleh karena itulah saya ngebet banget ingin mencoba sebuah smartphone berbasi Intel, minimal yang entry level dulu untuk melihat sejauh mana kinerja prosesor Intel di sebuah smartphone Android.

Kesempatan tersebut akhirnya datang juga. Sekitar 4 hari yang lalu saya mendapatkan sebuah smartphone berprosesor Intel dari ASUS Indonesia, yaitu ZenFone C atau biasa disebut ZenFone 4S. Harus diakui bahwa ZenFone C ini bukan produk baru dari ASUS, namun ini sangat penting bagi saya untuk melihat kinerja prosesor Intel dan pengalaman secara keseluruhan menggunakan ASUS ZenFone C ini.

Untuk informasi, ASUS berdasarkan riset Counter Point di Q2 yang lalu menampati posisi lima di pasar smartphone Indonesia menggantikan OPPO. Hal ini tidak lain karena kerberhasilan mereka dalam memasarkan smartphone dengan fitur yang kaya dan harga yang terjangkau. 

Hal ini terlihat jelas di ZenFone C ini. Dengan spesifikasi ROM 8GB dan RAM 2GB, ASUS hanya mematok harga Rp1.399.000. Harga ini sangatlah terjangkau bagi sebagian besar pengguna smartphone di Indonesia. 

Packaging

Bila dilihat dan dirasakan, packaging ASUS Zenfone C ini cukup menarik karena tidak menggunakn lem untuk merekatkan boks. Kalau biasanya ada bagian dari boks yang harus dibuka atau ditarik yang disatukan dengan perekat/lem, packaging ASUS ZenFone C ini tergolong sangat mudah untuk dilepaskan. Cukup dengan menarik bagian dalam boks yang sudah terlihat keluar. Namun meskipun tergolong sangat mudah untuk melakukan unboxing, smartphone yang ada di dalamnya tetap terlindungi dengan baik. Selain itu boksnya terlihat cantik dengan warna putih yang mendominasi disertai beberapa dot/lubang di sisi boks.

Boks ASUS Zenfone C
Pengalaman Pemakaian

Setelah melakukan unboxing, saya untuk sekitar 30 hingga 60 menit mencoba menggunakan ASUS Zenfone C ini. Namun terlebih dahulu saya melihat rancang bangun atau desain yang digunakan ASUS di Zenfone C ini.

Secara desain, ASUS ZenFone ini berbebentuk bar yang ramping. Dengan layar yang hanya 4,5 inchi, ASUS ZenFone C ini terlihat minimalis dan enak dipegang, meski agak terasa berat karena beratnya yang mencapai 149 gram. Oleh karena saya biasa memegang smartphone dengan layar maksimal 5 inchi, layar ASUS Zenfone C yang 4,5 inchi ini tidak terasa kecil. Hal yang sangat penting bagi saya adalah ketika memegang Zenfone C ini terasa sangat pas dan enak di tangan. Hal ini mungkin karena ukuran telapak tangan saya yang kecil sehingga smartphone 4,5 inchi ini terasa cocok.

Design wise, saya melihat bahwa ASUS tidak terlalu memperhatikan penempatan tombol, di mana tombol volume dan ON/OFF berada satu garis di sisi kanan atas smartphone, sementara sisi sebelah kiri smartphone kosong. Port jack headphone terletak di bagian atas smartphone, sedangkan port charger ada di bagian bawah.

Setelah melihat bagian-bagian dari ASUS Zenfone C ini barulah kemudian smartphone saya nyalakan. Saya rasa butuh waktu yang lebih lama di ASUS Zenfone C dibandingkan dengan smartphone lain untuk sampai pada layar pertama. Hal ini bukan sesuatu yang aneh sebenarnya karena ASUS memiliki filosofi yang berbeda dengan vendor lain di mana ASUS sangat banyak menyertakan pre-installed apps di Zenfone C ini.

Setelah  sign in dengan Google ID terlihat ZenUI yang cukup menarik untuk ditelusuri lebih jauh. Untuk diketahui Zenfone C ini berbasis Android KitKat 4.4.2 yang diberikan ZenUI oleh ASUS. ZenUI dan banyaknya pre-installed apps yang diikutserkan, mungkin alasan mengapa starting time Zenfone C terasa lebih lama dibandingkan dengan smartphone yang pernah saya pakai sebelumnya. 

Pre-installed apps ini sebenarnya ada baiknya, yaitu pengguna tidak perlu lagi repot mendownload aplikasi. Namun tentu ada nilai kurangnya juga di mana apabila terlalu banyak dan aplikasi tersebut tidak bisa di-uninstall akan memberatkan memori smartphone.

Untuk ASUS Zenfone C ada beberapa aplikasi pre-installed yang dapat di-uninstall seperti AnTuTu Benchmark dan beberapa aplikasi lain pengukur kinerja smartphone. Namun ada juga yang hanya bisa di-disable

Untuk ZenUI sendiri saya rasa tidak ada masalah bagi pengguna. Bernavigasi dengan ZenUI juga lancar dan ada quick setting yang sangat membantu dan memudahkan pengguna ke berbagai fitur di Zenfone C. 

Layar Zenfone C yang 4,5 inchi ini berkualitas TFT Super Bright LED Backlit FWVGA 854x480 dengan 218 piksel per inchi. Layar yang FWVGA ini tentu saja memiliki kualitas lebih rendah dari HD 720p misalnya, namun berkat Super Bright LED perbedaannya tidak terlalu kentara. Apalagi layarnya sudah dilapisi Corning Gorilla Glass.

Kesan menggunakan Zenfone C sejauh ini cukup bagus. Dengan koneksi wifi tanpa aplikasi lokasi, baterai dapat bertahan lebih 14 jam dengan pemakaian moderat untuk email, media sosial, ambil dan upload foto dan menjelajahi fitur-fitur smartphone. Kinerja baterai cukup terbantu dengan adanya Smart Saver yang disediakan ASUS di mana fitur ini bisa memperpanjang kinerja baterai.

Secara kinerja dengan skor AnTuTu lebih dari 17 ribu, Zenfone C sanggup untuk bekerja secara baik pada berbagai tugas multitasking. Saya tidak menemukan lag ketika bermain game Race The Stig atau Lego Yoda. RAMnya yang 2GB sangat memungkinkan bisa bermultitasking lebih lancar. Smartphone memang agak terasa panas setelah beberapa lama bermain game. Ini hal yang biasa karena semua smartphone juga mengalami hal yang sama. Ketika dilihat suhu baterai saat bermain game, suhunya masih standar di sekitar 39C.

Berikut ini beberapa foto ASUS Zenfone C.







Demikian pengalaman pertama menggunakan ASUS ZenFone C. Semoga bisa membantu memutuskan pembelian Anda. Pendapat saya sendiri, ASUS Zenfone C ini sangat layak untuk dibeli. Harga dan kualitas yang diberikan ASUS sangat sebanding.

Comments

Popular posts from this blog

Kisah Tukang Sapu yang Kehilangan Sapunya

Bisnis Jual-Beli Organ Tubuh Manusia

Di Jalan Surabaya, Berburu CD Bekas Premium