|
Stasiun Purwokerto di malam hari |
Entahlah, suatu waktu saya tiba-tiba sampai dan bermalam di sebuah kota, Purwokerto, namanya.
Sekilas ke belakang, saya termasuk orang yang jarang jalan-jalan atau beredar secara offline. Beberapa teman di komunitas MADE Initiative mengatakan bahwa kaki saya jarang menginjak bumi/offline (tapi bukan berarti hantu, lho) karena hidup saya terlalu banyak online sehingga ketika saya jalan-jalan ke sebuah kota atau lokasi tertentu mereka menyebut sebuah pengecualian. Tentu hal ini berlebihan sebab sejatinya saya suka jalan kaki demi menghemat ongkos ojek pangkalan.
Jadilah, suatu waktu yang tak bisa saya sebutkan harinya karena terkait dengan privasi dan keamanan (ciyeeee) pihak-pihak yang terlibat dalam perjalanan setengah rahasia yang saya lakukan, saya sampai di Purwokerto untuk satu-dua urusan yang harus dituntaskan demi kejayaan Nusa dan Bangsa Indonesia (yang ini lebay mode on).
Berangkat dari Gambir dengan kereta Taksaka. Sebelum berangkat, sebagai Google Local Guides, tentu terlebih dahulu mereview stasiun besar ini. Saya mengambil beberapa foto, singgah di outlet yang jual makanan, rekam video, upload dan beri rating dan poin pun bertambah, yang nantinya dibalas oleh Google dengan berbagai macam hal gratisan.
Selanjutnya, print boarding pass agar bisa masuk dan berangkat. Layanan self service PT. KAI ini cukup membantu meminimalkan antrian dan petugas. I like it.
Setelah semua selesai tinggal menunggu kereta datang. Hampir tidak teringat lagu Iwan Fals yang menanyakan "kereta tiba pukul berapa?" sebab kereta Taksaka ini tepat waktu datang dan berangkatnya. Kereta Taksaka menuju Jogja ini merupakan kereta kelas eksekutif yang terisi penuh (setidaknya gerbong yang saya tempati).
Akhirnya berangkat menuju Purwokerto dan 4 jam kemudian sampai di stasiun Purwokerto disambut seorang bapak tua tukang ojek yang menawarkan jasa mengantar ke hotel. Saya sengaja tak mengambil jasa ojek online yang tersedia di Purwokerto. Dari Google Maps terlihat jarak stasiun ke hotel ini sekitar 7 menit perjalanan dengan sepeda motor.
Sampai di sebuah hotel baru yang megah, langsung ke meja layanan tamu hotel untuk check in. Hotel ini berada di sisi jalan raya yang cukup ramai. Tamunya pun cukup banyak, namun harga kamar Deluxe/Twin-nya sangat terjangkau, per malam hanya Rp345.000 plus sarapan. Kamarnya pun cukup luas dengan televisi layar datar (bukan bumi datar) yang cukup besar serta meja dan kursi untuk bekerja plus sebuah sofa.
|
Check In |
|
Kamar Twin |
|
Televisi LED dengan pilihan channel yang cukup banyak |
|
Meja dan kursi untuk bekerja |
|
Sofa untuk santai |
Setelah istirahat di kamar hotel, di malam hari hal yang perlu dilakukan adalah makan malam. Jadilah saya ikut rombongan dan ikut makan malam gratis di sebuah restoran yang cukup terkenal di Purwokerto. Nama restoran ini Oemah Daun.
Cafe dan Resto Oemah Daun ini menyediakan berbagai macam makanan dan minuman yang harganya cukup terjangkau. Terdapat minuman khas yang patut dicoba, yaitu Jus Grendong yang merupakan mix dari kedondong dan buah lainnya dan diberi asam jawa sehingga rasanya asem manis yang menggelitik. Oemah Daun ini menyediakan tempat yang cukup luas dan kekinian. Sepertinya tempat ini cukup populer bagi anak muda dan mungkin pula instagramable. Parkir cukup luas di bagian samping restoran.
|
Gurame Asam Manis |
|
Jus Grendong |
|
Pengunjung |
|
Oemah Daun di waktu malam |
Setelah selesai makan malam di Oemah Daun ada teman yang mengajak keliling Purwokerto. Sebagai orang yang dituduh jarang menginjak bumi tentu ajakan ini berlawanan dengan tuduhan tersebut sehingga saya tak berminat untuk jalan-jalan dan lebih memilih untuk kembali ke hotel agar bisa istirahat dan online via Wifi hotel yang cukup kencang.
Bangun di pagi hari dan belum mandi langsung sarapan. Bisa dikatakan menu sarapan di hotel ini terbatas. Namun untuk harga kurang dari Rp400.000 menunya sudah sangat memadai. Ada nasi goreng, bubur ketan hitam, bubur ayam, anek kue, susu, kopi/teh, jus dan buah.
Hari ini rencananya misi wajib ke Purwokerto harus dituntaskan sebelum kembali ke Jakarta pukul 23.40 malam waktu Purwokerto. Misi pertama bertempat di sebuah hotel yang cukup ramai karena ada pagelaran musik jazz di halaman parkirnya. Sementara misi kedua akan dimulai pada pukul 19.00 waktu Purwokerto.
Sebelum misi kedua, isi perut terlebih dahulu. Pilihan kali ini adalah Sate Kambing Hot Plate Dua Saudara yang ada di jalan raya Bumiayu - Purwokerto. Sate Kambing Dua Saudara ini menyajikan (tentu saja) Sate Kambing yang disajikan panas-panas di atas hot plate. Selain itu ada Gulai Kambing.
Pilihan Sate Kambing Hot Plate Dua Saudara ini tak salah. Saya yang tidak suka sate kambing jadi ikut makan beberapa tusuk sate dan mencoba gulai kambingnya. Daging kambingnya empuk (ternyata daging kambing enak ya). Plus ada Teh Poci yang saya suka sukai. Enak sekali. Sate Kambing Dua Saudara ini cukup ramai dikunjungi pengunjung.
|
Sate Kambing Dua Saudara |
|
Sambel pedas mantap |
|
Sate Kambing ini enak |
|
Harganya bersahabat |
|
Gulai Kambing lezat |
Untuk harga, Sate Kambing Hot Plate Dua Saudara ini bisa dikatakan sangat bersahabat, hanya Rp34 ribuan satu porsi untuk daging kambing biasa.
Selesai dari Sate Kambing Hot Plate Dua Saudara, misi kedua menunggu di dekat GOR Purwokerto untuk bertemu sebuah komunitas. Sepanjang perjalanan menuju tempat ini terlihat bahwa Purwokerto ini kota yang rapi, bersih dan enak untuk ditinggali. Kota Purwokerto ini juga cukup ramai berkat keberadaan Universitas Jenderal Soedirman dan Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Di misi kedua ini juga bertemu Pungky yang lama dikenal hanya melalui chat sebuah grup dan artikel di blognya.
Sekitar pukul 10 malam, saya harus kembali ke hotel dan untungnya dapat tumpangan seorang mahasiswa asal Bogor yang kuliah di Universitas Jenderal Soedirman. Setiba di hotel tak perlu packaging karena memang tidak bawa barang banyak, langsung check out dan diantar ke stasiun. Pukul 12.00 kembali ke Jakarta dengan kereta eksekutif Argo Dwipangga yang keren.
Meskipun hanya dua malam, namun saya memperkirakan tinggal di Purwokerto ini asyik. Sangat banyak ditemukan bank-bank besar di sini. ATM bisa ditemukan di banyak tempat dan kulinernya banyak. Selain itu, tempat wisata Baturraden juga bisa menjadi pilihan untuk wisata yang sayangnya tak bisa saya kunjungi.
Mau ke Purwokerto? Coba tanya Pungky dulu, eh.
Comments
Post a Comment