Media Sosial Kini Entah Untuk Apa Gunanya
I once sarcastically said that I feel like it is much harder to actually stand up against the mainstream on Twitter than stand up against a dictator. Ingat Revolusi Mesir di tahun 2011 yang dimulai dari sebuah halaman di Facebook? Ingat Wael Ghonim? Mungkin banyak dari kita yang lupa peristiwa penting yang menumbangkan Hosni Mubarak tersebut. Mungkin kita juga lupa betapa dahsyatnya tenaga media sosial hingga bisa menumbangkan diktator. Namun kini media sosial untuk apa? Apa setelah tumbangnya diktator? Apa setelah menandatangani petisi? Mengapa media sosial justru makin menyesakkan dan tidak lagi berfungsi sebagai tools yang mampu memberikan kaki-kaki lemah semangat untuk berdiri? Cobalah tengok timeline Twitter hari-hari ini. Apa yang saya kutip dari Wael Ghonim itu bukan sesuatu yang sarkas, namun nyata adanya. Tidak hanya Twitter tentunya. Perhatikanlah Facebook, hampir tidak ada bedanya. Melawan mereka yang mainstream di kedua media sosial besar tersebut tampaknya ...