Sampai Kapan Facebook Terus Menjiplak

Facebook meniru Google Plus
Penjiplakan atau peniruan merupakan hal yang sangat mudah dilakukan saat ini. Teknologi yang sangat maju memungkinkan sebuah layanan, situs atau aplikasi bisa dibuat kloningannya, bahkan sebelum aplikasi asli yang ditiru berhasil meraih banyak pengguna. Instagram banyak ditiru, bahkan nama depannya saja "INSTA" banyak dipakai untuk beberapa aplikasi dengan tujuan yang berbeda.Padahal dulu sebelum terkenal, mungkin kita tak mengenal aplikasi dengan awalan "INSTA" tersebut.

Facebook beberapa waktu yang lalu merilis tambahan layanan di aplikasi Instagram, yaitu fitur video yang berdurasi 15 detik. Sebelumnya ada aplikasi Vine buatan Twitter yang sangat populer karena mampu merekam video selama 6 detik dan membaginya ke Twitter. Semenjak ada Vine, kepopulerannya membuat Instagram kalah karena link yang menuju Vina lebih banyak dibandingkan ke Instagram.

Untuk membedakan dari Vine, Facebook mengakalinya dengan memberikan durasi video yang lebih panjang, yaitu 15 detik. Namun tetap ide dasarnya adalah Vine.

Jadilah Facebook berpikir untuk melawan Vine dengan menghadirkan fitur video di Instagram. Percaya atau tidak kemampuan rekam video tak berbeda dengan yang ada di Vine. Facebook mungkin berpikir, untuk menghadang laju Vine, mereka perlu menyediakan layanan yang sama, sehingga muncullah video di Instagram.

Tentunya bukan sekali dua hal yang sama dilakukan Facebook. Dulu mereka merilis Poke, sebuah aplikasi yang bisa mengirimkan gambar yang akan terhapus dengan sendirinya setelah beberapa waktu tertentu. Facebook membuat aplikasi Poke sebagai jawaban atas populernya aplikasi Snapchat. Tentu fungsinya pun sama. Saya kira Facebook hanya membedakan sedikit saja Poke dari Snapchat yaitu gambar akan terhapus dalam waktu tertentu yang bisa ditentukan pengguna misalnya 10 detik atau lebih.

Bisa dikatakan Poke merupakan carbon copy dari aplikasi Snapchat. Facebook pun tak malu kalau hanya menjadi peniru, mereka sepertinya hilang ide dan terpaksa meniru sesuatu yang telah ada sebelumnya. Pengguna pun tak begitu mengapresiasi apa yang dilakukan Facebook dengan Poke. Sempat ramai diberitakan, kini Poke hampir tidak ada berita lagi. Penekanannya adalah pada kata Hampir, karena saya tak lagi menemukan berita tentang Poke tersebut dan seberapa banyak yang menggunakan, sedangkan Snapchat terus membuat berita dan dipakai banyak pengguna terutama remaja.

Tidak kalah hebohnya adalah ketika Facebook meniru desain Google Plus. Peniruan ini dilakukan untuk memungkinkan pengiklan membuat iklan yang lebih besar dan lebih terlihat. Peniruan terbaru adalah menghadirkan foto di komentar yang sebelumnya terdapat di Disquss.

Tidak cukup itu saja, kabar terbaru mengatakan bahwa Facebook akan membuat aplikasi seperti Flipboard yang sangat sukses sampai hari ini dengan pengguna 50 juta. Ini merupakan usaha carbon copy berikutnya dari Facebook. Apakah Facebook kehilangan inovasi hingga hanya bisa menjiplak?

Saya rasa sebagai sebuah perusahaan teknologi yang besar, cara kerja Facebook ini tidaklah bagus untuk citra mereka. Apa yang bisa diharapkan dari sebuah perusahaan yang kebanyakan meniru? Meskipun secara legal hal itu tidak salah, namun Facebook terlihat kedodoran dalam hal inovasi dan ide-ide baru untuk tetap membuat layanan mereka relevan.

Secara umur produk, Facebook sudah di titik matang. Mereka sudah berumar 9 tahun. Usia produk seperti ini rentas ditinggalkan pengguna karena pengguna melirik layanan yang lebih baru. Kita melihat pada kasus Friendster dan MySpace yang sebelumnya terkenal kemudian digantikan oleh Facebook. Facebook sebentar lagi juga akan hilang jika masih itu-itu saja.

Untuk menunda ditinggalkan pengguna Facebook memberikan tambahan layanan. Namun sayangnya kebanyakan berupa jiplakan dari produk lain. Pengguna pun tahu akan hal itu dan akan tetap meninggalkan Facebook atau minimal tidak menggunakan aplikasi atau inovasi Facebook tersebut karena mereka sudah menggunakan layanan/aplikasi lain yang ditiru Facebook tersebut. 

Hal yang patut kita lihat adalah bila mana Facebook sendiri yang berinovasi atau melahirkan produk layanan baru, hasilnya juga tidak maksimal. Kasus Facebook Home di Android misalnya, merupakan sebuah kegagalan Facebook dalam berinovasi. Tidak banyak pengguna yang mau Home smartphone mereka dikuasai Facebook. Ini tanda bahwa Facebook sebenarnya sedang bingung apa yang hendak diberikan ke pengguna karena berinovasi gagal, meniru pun tidak sukses. 

Comments

Popular posts from this blog

Di Jalan Surabaya, Berburu CD Bekas Premium

Enny Arrow, Pengarang Stensilan Cabul Masa Lalu

Kisah Tukang Sapu yang Kehilangan Sapunya