Facebook Mulai Ditinggalkan Pengguna


Sudah bukan rahasia  bahwa Facebook ingin menjadi Google berikutnya, secepatnya. Namun tentu saja usaha ini tidak bisa berjalan secara instan karena bagaimanapun Google ingin mempertahankan reputasinya. Berbagai usaha tentu saja dilakukan termasuk melakukan Black Campaign terhadap Google. Namun sejauh ini secara keseluruhan Facebook masih kalah telak oleh Google, dalam banyak hal.

Beberapa laporan di waktu yang lalu menyatakan bahwa Facebook bukanlah media yang tepat untuk beriklan karena tingkat klik iklan yang sangat rendah dibandingkan dengan rata-rata klik, apalagi jika dibandingkan dengan Google. Laporan ini ditambah oleh sebuah survei yang dilakukan oleh Reuters menunjukkan fakta yang cukup membuat heran. Survei Reuters melaporkan 34% pengguna Facebook mengatakan Facebook membosankan, 34% pengguna ini menghabiskan waktu yang makin berkurang di Facebook dibandingkan dengan enam bulan yang lalu.

Survei Reuters juga menunjukkan bahwa empat dari lima pengguna Facebook  tidak pernah membeli sesuatu, baik barang maupun jasa  yang diiklankan di Facebook. Terkait dengan adanya IPO Facebook yang bermasalah, 44% responden mengatakan bahwa mereka makin tidak memfavoritkan Facebook. Ini artinya akibat IPO tersebut ada pengguna Facebook yang berpindah ke media sosial lain seperti Twitter atau Google Plus.

Hal yang lebih menarik untuk kita telusuri adalah kenyataan 4 dari lima pengguna Facebook tidak pernah membeli barang atau jasa yang diiklankan di Facebook. Hal ini sangat berkaitan dengan efektivitas iklan di Facebook yang menurut laporan sangat rendah. Hal ini menjadi dasar General Motors  keluar dari rencana promosi sebesar 10 juta dollar AS di Facebook.
Namun kemudian, data rendahnya klik iklan di Facebook dibantah oleh Comscore. Melalui artikel di blog Comscore, Comscore membantah fakta yang menyebutkan tidak bekerjanya iklan di Facebook. Terdapat tiga hal penting yang menjadi perhatian Comscore, yaitu:

Pertama, Facebook memperoleh iklan media (earned media ads) melalui LIKE dan SHARE yang membantu penjualan barang di Facebook. LIKE dan SHARE ini merupakan faktor signifikan bagu pengguna dalam memebeli brand tertentu.

Kedua, Comscore tidak ikut dalam survei yang dilakukan oleh Reuters, menurut mereka survei Reuters tersebut:
That’s because it’s a survey of what people think they do, and “people generally don’t like to believe that advertising actually has an effect on their behavior.” ComScore, meanwhile, says it can measure both online behavior and offline purchases, and can connect the two.
Ketiga, Comscore tidak senang dengan  pertanyaan yang diajukan Reuters yang memperlihatkan bahwa 34% pengguna Facebook mengurangi kunjungannya ke Facebook dibandingkan dengan enam bulan yang lalu. Menurut perhitungan Comscore waktu yang dihabiskan per pengguna justru mengalami kenaikan.

Menarik. Tentu saja. Bila kita lihat dan telusuri apa latar belakang Comscore dalam waktu yang tidak terlalu lama membantah survei yang dilakukan oleh Reuters. Saya menelusuri beberapa fakta terkait dengan hal ini. Untungnya di stream Google Plus saya memiliki sangat banyak informasi sehingga pelacakan lebih mudah.

Dalam satu artikelnya, Mike Elgan juga mempertanyakan hal yang sama mengapa Comscore memberikan bantahan terhadap temuan Reuters. Menurutnya tidak lebih dari kepentingan ekonomi karena Facebook adalah KLIEN dari Comscore. Dari penjelasan yang dikemukakan, ternyata Comscore selalu memberikan publikasi yang negatif terhadap Google, terutama layanan media sosialnya, Google Plus. Hal-hal yang negatif terhadap Google memang banyak dipublkasikan oleh Comscore seperti  waktu yang dihabiskan pengguna Google Plus sangat sedikit dibandingkan Facebook.

Sebaliknya Comscore selalu positif terhadap Facebook. Data-data positif selalu diberikan oleh Comscore. Ini tidak lain karena hubungan Facebook adalah klien dari Comscore. Mike Elgan mengatakan:
Who is comScore? And why do they publish these reports? More to the point, why are their reports always negative about Google and always positive about Facebook?
Sebab kedua mengapa Comscore perlu memberikan bantahan adalah karena Google adalah main competitor dari Comscore. Bukti bahwa Google merupakan pesaing serius dari Comscore diperoleh dari Venture Beat.

Comscore dijadwalkan akan mempublikasikan data terbaru mereka mengenai Facebook yang diperkirakan pengamat highly positive about Facebook. Hal ini tentu saja karena sebagai KLIEN, Facebook perlu banyak hal positif agar pengguna tidak berpindah ke media sosial lain. Selain itu, para pengiklan diharapkan akan tetap bertahan di Facebook. Namun melihat kenyataan yang berbeda dengan data survei Reuters dan bukti bahwa Facebook adalah klien dari Comscore, semua orang maklum seperti apa laporan Comscore tersebut.

Hal yang lebih penting lagi adalah citra Facebook itu sendiri yang kini berpindah ke harga saham yang diperdagangkan di bursa. Kita melihat laporan yang menunjukkan harga saham Facebook yang terus merosot karena berbagai hal. Apabila ditambah dengan survei dari Reuters, tekanan akan terus melanda saham Facebook dan bisa saja terus turun. Artinya kabar negatif akan berpengaruh jelek terhadap harga saham Facebook.

Secara tidak langsung, Facebook melalui Comscore berupaya melawan Google. Data statistik memang sering dipergunakan untuk menekan kompetitor tertentu. Dengan menjadi klien Comscore, Facebook berupaya untuk terus memberikan kesan bahwa segala sesuatunya baik-baik saja di Facebook karena data-data positif yang dipublikasikan oleh Comscore. Tingkat efektivitas iklan bagus dan pengguna tidak bosan-bosannya menggunakan Facebook. Namun hal yang sebebarnya bisa saja sebaliknya.

Comments

  1. ini menarik, beberapa analis mengatakan facebook harus berubah sebelum tahun 2016 atau akan mati seperti friendster...

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Kisah Tukang Sapu yang Kehilangan Sapunya

Bisnis Jual-Beli Organ Tubuh Manusia

Di Jalan Surabaya, Berburu CD Bekas Premium